Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Jawab

Hai. Aku rindu! Ada solusi?

Kira

“Lagian kamu ngapain sih urusin hidup orang lain?!” Kesal perempuan itu, pada kalimat-kalimat pengingat, lalu cemberut. Hmm, bentar! “Orang lain? Dengan segala hal yang telah kita lewati bersama, suka duka, tangis tawa, hingga semua kenangan kita selama ini masih kamu sebut orang lain?! Aku kira, kamu beda. Aku kira, kita spesial. Maaf jika aku terlalu berharap.” Wajah itu. “Ih, kamu apa-apaan, sih?!”

Mencekam

Malam itu mencekam. Lihat saja orang-orang itu! Terka otaknya: Apakah ada isinya? Apakah berpikir? Sangat nggak normatif sekali lisan itu!  Lisan yang seolah nggak pernah disekolahkan! Sedari yang menyebut NAS Synology DS723+ dengan harga Rp.9.499.000  Hingga, ada yang menyebut Canon EOS RP dengan harga Rp.12.374.000. Hah? Apa jadinya jika Rp.21.873.000 dibelikan buku? Pada 3 baris rak buku di hadapan, gua sepenuhnya membayangkan, akan ada 3 baris rak buku yang sama, dengan isinya yang berbeda: rak buku yang benar-benar diisi buku, bukan kitab, majalah, atau Al-Qur’an berdebu.  Samar-samar mulai mendengar riuh ramai dari nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, W.S. Rendra, Asma Nadia, Habiburrahman El Shirazy, Andrea Hirata, Boy Candra, J.S. Khairen, Raditya Dika, Eka Kurniawan, Dee Lestari, Ayu Utami, Ahmad Tohari, Tere Liye, Buya Hamka, Leila S. Chudori, Fahruddin Faiz, Emha Ainun Nadjib, D. Zawawi Imron, Goenawan Mohamad, Sutardji C...

Becus

Di suatu kelas yang membosankan. “Hei yang belakang! Sini kamu!” Datangnya seorang lelaki garang, atau mungkin sok garang: pakaian, kulit, gelap sekujur tubuh; berdiri tegap di mulut pintu, menunggu. Yang dipanggil, memenuhi panggilan. Riuh lalaran nazham Jawahirul Maknun masih nyaring terlantun. “Kamu tau apa kesalahanmu?” Tanyanya dingin, di luar kelas. “Nggak, Pak.” “Nggak merasa salah?” “Nggak, Pak.” Ia mendengus, mulai panas. Dengan cepat ia menyambar keras peci pemuda di hadapannya, membuatnya terkesiap, kepalanya terasa ditempeleng. “Ini maksudmu, apa?” Peci itu dicengkram kuat, dihadapkan wajahnya. “Kenapa pecimu nggak standar?” “Oh, ini nggak standar toh, Pak?” Tanpa menanggapi, ia tetap melancarkan pertanyaan-pertanyaan, meluapkan api amarahnya. “Sudah berapa lama kamu pakai?” “Dua minggu, Pak.” “Dua minggu?!” Ia tampak terkejut, serasa baru saja berhasil mengungkap rahasia alam semesta. “Melanggar peraturan ini selama sua minggu?!” Pertanyaan itu benar-benar menusuk, di atas...

Salju

Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti ia akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti ia akan jadi kekasihmu. Pernah dengar kalimat ini? Kalimat yang diucapkan oleh Sayyidina Ali ini rupanya memang nggak asing bagi gua, seringkali menjumpainya di bacaan, sesekali mengutipnya sebagai tulisan.  Tapi sejujurnya, gua belum benar-benar memahami kalimat ini, seutuhnya. Mungkin, kita yang dilarang untuk mencintai kekasih secara penuh. Hal yang menyebabkan menjadi musuh untuk hal yang kita cintai, atau mungkin menjadi cinta pada hal yang kita musuhi, semata-mata ya karena, hal yang disikapi secara berlebihan itu nggak baik: berlebihan itu nggak baik.  Hanya sekedar itu. Tapi nyatanya, hal yang terilhami dari buku yang dibaca, pemahaman itu dirasa lebih manis dari apa yang kita persepsikan. Dengan itu, kita seperti merasa jadi orang yang beruntung, paling beruntung.  Buku ’Jatuh Cinta Kepada-Nya’ pada hal 160, Dr. Fahruddin Faiz mengut...

Bayangkan

Bayangkan!  Bayangkan kamu menjadi seorang penulis! Seorang penulis hebat, besar, yang karyanya bertumpuk dan tersebar di mana-mana; selalu berhasil menggugah jiwa siapapun. Bayangkan hasilnya! Bayangkan prosesnya! Pujiannya, promosinya, terbitnya, layoutnya, revisinya, menulisnya, observasinya, mencari idenya, dan membacanya! Sudah berapa ratus buku yang dilahap? Sudah berapa puluh juta kata yang ditemu? Poinnya, adalah pikiran dan perasaa itu! Akan seberapa jauh, dalam, dan panjang pikiran itu? Apa yang dapat diraihnya? Apa yang dapat dirumusnya? Pemahaman-pemahaman, konsep-konsep, dan teori-teori baru? Atau juga perasaan yang kian halus untuk tajam merasa? Makna apa yang mampu digapai? Nuansa seperti apa yang selalu bisa dirayakan? Setidaknya, dengan membaca, kita bebas menikmati haru tanpa harus menjadi siapapun: tanpa takut pada apapun dan siapapun! Kita bisa mengunyah opini tanpa harus takut terdistraksi isu dan overthinking. Kita bisa mencicip puisi tanpa harus takut jadi bu...

Diurna

Semua bermula dari malam itu, saat Said dipercaya untuk mengisi seminar dan gua merutuki kebodohannya karena ia menolak mengelak. Malam itu memang menjadi momen kerja rutinan, baik evaluasi atau perencanaan. Ya, salah satu pembahasan itu diangkat, bahwa SMK akan mengadakan seminar dan membutuhkan 2 pemateri: satu pemateri desain grafis dan satu pemateri kepenulisan. Rizal untuk mengisi kelas desain dan Said ditunjuk untuk mengisi kelas kepenulisan. Kepala suku pasti punya alasan. Berbeda dengan Rizal yang menerima lapang dada, sayangnya, Said terus mengelak menolak, berbagai alasan, menunjuk siapapun. “Emang apa susahnya sih? Lagian juga masih bidangnya.” Batin gua menanggapi, sedikit kesal. Mungkin juga sebab tinggi jam terbang yang membuat mental gua menjadi rebel dan militan kayak gini. Bukan apa-apa, gua pernah mengisi seminar LDKS Mts, seminar asrama, juga menjadi pemateri beruntun Divisi Literasi, belum hal-hal non formal. Sejujurnya gua cukup suka dan menikmati pengalam...

Ibu

“Lalu, bagaimana aku bisa menanggung lara ini, sendirian?” Tepat, satu tetes air mata jatuh pada lembar kusam itu, meninggalkan bekas. “Karena kamu terlahir dari rahim seorang ibu yang bernama puisi, Nak!” Di bait terakhir, ia mati.

Us

Tertanggal 07 Februari, seakan menjadi jum’at yang berkah berkah berkah: lipat-lipat, ganda-ganda. Sejujurnya, gua nggak mau cerita dan nggak ada yang perlu diceritakan. Lagi pula, hal ini belum tentu menarik. Lalu, apa yang diharap? Tapi harus diakui, hari itu memiliki kesannya tersendiri. Di saat mendapatkan kebaikan, kadang gua jadi mikir pesimis, ”Kok bisa dapat kebaikan kayak gini, ya? Apa sebab? Emang apa yang gua perbuat?” Nggak mengecualikan, lucunya, terkadang kebaikan kerap datang di saat gua sedang merasa jahat-jahatnya: lu pernah merasakan kayak gitu? Sejatinya, hari itu, pagi tampak baik-baik saja. Nggak ada yang perlu disikapi secara berlebihan. Ya, sama seperti pagi-pagi biasanya. Tapi bagaimanapun, pagi tetaplah pagi, selalu memiliki keistimewannya tersendiri. Itu kenapa Nabi memintakan berkah untuk umatnya di waktu pagi. Dan kita selaku umatnya, tentu merasakan itu, meski hanya sebatas bangun dan bersiap beraktivitas. Ya, seharusnya sholat dhuha pun turut menjadi penaw...

Maling

Mau dengar cerita lucu, wahai hamba Allah? Simak baik-baik, biar gua ceritakan! Suatu hari yang tenang dengan beberapa rintik keringat menyapa, seharusnya itu adalah jadwal makan siang yang baik-baik saja. Ya, dengan penuh tiba-tiba, seorang lelaki berniat berkenalan dengan menu yang telah lama sudah tidak memeluk lidahnya, selera makannya. Tempat itu berjarak cukup dekat, hanya perlu berjalan kaki. Selepas ganteng kecenya ia di cermin, kaki itu melangkah dengan gagah beraninya. Satu dua langkah, sesekali berpapasan dengan pejalan kaki lain. Matanya, telinganya, apapun perihal indrawi, begitu terjaga akan kepekaan: insting seorang penulis. Di tengah perjalanan, di langkah kaki yang kesekian, terlihat salah satu kios yang lebih ramai dari biasanya; bahkan dari yang lain: ada apa? Dan, hei, jangan lagi panggil ia pemuda, tapi panggil ia jurnalis! Ia mendekat pada kerumunan, bersiaga untuk format list straight news. Hingga, matanya sedikit menyipit di antara bahu dan leher khalayak, sebel...