Bayangkan

Bayangkan! 

Bayangkan kamu menjadi seorang penulis! Seorang penulis hebat, besar, yang karyanya bertumpuk dan tersebar di mana-mana; selalu berhasil menggugah jiwa siapapun.

Bayangkan hasilnya!

Bayangkan prosesnya!

Pujiannya, promosinya, terbitnya, layoutnya, revisinya, menulisnya, observasinya, mencari idenya, dan membacanya!

Sudah berapa ratus buku yang dilahap?

Sudah berapa puluh juta kata yang ditemu?

Poinnya, adalah pikiran dan perasaa itu!

Akan seberapa jauh, dalam, dan panjang pikiran itu? Apa yang dapat diraihnya? Apa yang dapat dirumusnya? Pemahaman-pemahaman, konsep-konsep, dan teori-teori baru?

Atau juga perasaan yang kian halus untuk tajam merasa? Makna apa yang mampu digapai? Nuansa seperti apa yang selalu bisa dirayakan?

Setidaknya, dengan membaca, kita bebas menikmati haru tanpa harus menjadi siapapun: tanpa takut pada apapun dan siapapun!

Kita bisa mengunyah opini tanpa harus takut terdistraksi isu dan overthinking.

Kita bisa mencicip puisi tanpa harus takut jadi bunga yang menguncup.

Dengan ini, diucapkan terima kasih untuk Kak Alma Neira atas setangkai haru yang tetap terasa lezat untuk setiap masa sepi. Tentu untuk selalu bisa berkembang merawat, belajar, bagaimana caranya meninabobokan kata.

Pun, dipersilahkan!


Bayangkan, Jika Sore itu Kita Tak Menyerah


Bayangkan, jika sore itu kita tak menyerah. Mungkin kalimat “aku mencintaimu” akan selalu terdengar indah di telingaku. Bukan sekedar kebohongan nyata yang kau berikan di akhir perpisahan kita.

Bayangkan, jika sore itu kita tak menyerah. Akan sebahagia apa kita saat ini. Sebanyak apa museum, perpustakaan, juga Pantai yang berhasil kita jelajahi. Menjelma kenangan paling indah yang akan selalu kita putar berkali-kali.

Bayangkan, jika sore itu kita tak menyerah. Aku takkan membunuhmu dengan ribuan puisi yang semata lahir karena tangis yang kau beri. Mungkin saat ini kau adalah sajak yang paling indah yang pernah kumiliki.

Bayangkan, jika kita bertahan, sedang apa kita saat ini? Barangkali memutari kota berdua saat hujan turun dengan gemasnya, atau duduk manis di kedai kopi dan berbagi cerita lucu sehari-hari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Termometer

Semut

Kepompong