Pesantren memiliki banyak hal yang tidak bisa dimengerti. Karena banyaknya segala indah perasaan yang takan bisa dijelaskan tanpa kesederhanaan. Kita hidup dengan segala perbedaan. Saling mengisi kekurangan dengan berbagi kelebihan. Tak perlu ditanya tentang guru dan belajar, teman adalah aspek penting dalam pengembaraan ini. Mulai dari kita yang bukan siapa-siapa yang dipaksa hidup di ruang yang tak lebih besar dari kebun tebu itu, perasaan yang harus ditinggal orang tua pulang ke rumah. “Betah-betah, ya nak, di pondok!” Kehidupan baru dimulai. Dengan perasaan dan pikiran yang masih berpendar, tergantung, tersangkut, akan bayang rumah dan segala hangatnya, kita harus menghadapi kenyataan bahwa inilah yang terjadi. Kita harus kembali adaptasi, berkenalan, dan sering ludah-ludah yang tertelan. Tentu banyak hal yang tak sesuai, jauh dengan kepribadian dan keinginan kita. Hingga kita benar-benar lelah. Benar-benar tak betah. Tak terasa, pipi membasah. Berjalannya waktu, dari hal...
Komentar
Posting Komentar