Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2025

Dear

My dear, In the midst of hate, I found there was,             within me, an invicible love. In the midst of tears, I found there was,             within me, an invicible smile. In the midst of chaos, I found there was,             within me, an invicible calm. I realized, through it all, that… In the midst of winter, I found there was,             within me, an invicible summer. And That makes me happy. For it says that no matter how hard the world             pushes against me, within me, there’s             something stronger, something better,             pushing right back. ...

Masterpiece

Tepat, di sebelum terpejamnya mata merajut lelap, pikiran ini begitu mengusik. Pada rebah kepala di suatu bantal tipis semerbak perpaduan Molto Japanese Peach dan Downy Sunrise Fresh, tampak gusar dengan posisi tidur memiring ke kanan, berulang kali. “Kok bisa, ya? Telinga, dengan teksturnya. Pas gitu. Coba kalau tulang telinga sekeras tulang jari, terus dipakai tidur miring, pasti sakit, pasti bengkok-bengkok pas bangun tidur!” Ya, patah-patah, seperti itu. Sleep anxiety yang aneh. Sebagaimana lazimnya, pertanyaan itu hanya sebatas injury time waktu tidur. Selepas bangun, seharusnya ya sudah, lupa, nggak ada urusan. Tapi suatu hal yang menyenangkan dari membaca buku, adalah seringnya menemukan suatu keterangan yang menggelitik pertanyaan-pertanyaan yang jauh, lama terpendam. Nyatanya, besok gua menemukan jawabannya dari bukunya Dr. Fahruddin Faiz, Menjadi Hamba, Menjadi Manusia. Di bab pertama, perihal fitrah, bahwa dapat dipandang dari perspektif filsafatnya. Bahwa manu...

Landak

Ada yang pernah dengar dengan istilah Hedgehog’s Dilemma ? Sebuah artikel yang gua baca tentang dilema landak satu ini cukup menarik. Konsep yang dicetuskan oleh seorang filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer, konsep ini diilustrasikan dengan landak. Sebagaimana karakteristiknya, landak kerap kali saling berdekatan untuk mencipta hangat pada saat cuaca dingin. Tapi di sisi lain, karena duri yang dimilikinya, dapat menyebabkan landak lain terluka sebab duri yang saling berdekatan. Hanya ada 2 pilihan bagi si landak: hangat tapi saling melukai, atau tidak melukai tapi kedinginan seorang diri. Jika konsep ini diterapkan dalam hubungan antar sesama manusia, mungkin kita pernah menemukan interaksi sosial yang seperti ini: satu sisi kita butuh dan sangat ingin dekat dengannya, tapi di sisi lain kita takut menyakitinya. Di selesainya gua membaca artikel tersebut, sepotong nama muncul begitu saja dalam benak ini. Seolah relate dan terjawab, atau mungkin juga terwakili untuk dijelaskan de...

Kutu

Di dunia kutu, hiduplah seekor kutu beras. Meskipun bernama kutu beras, sejatinya ia bukan perusak sebagaimana stigma buta stereotip yang berlaku. Ia justru menjaga, ia begitu peduli pangan. Memang seperti itu, terkadang kebaikan harus berlaku dengan cara seragam agar dipahami dan diakui. Ia tetap ia yang berbuat baik, berusaha menjadi baik dengan berbuat baik. Di sisi lain, ia bertemu kutu rambut, di suatu waktu: mereka berteman baik. “Udahlah, Ras. Harus dengan apa aku peduli? Harus seperti apa agar kamu percaya?” Ucap kutu rambut buntu, pada hal ini ia hampir menyerah sebagai teman: romantisasi sesama kutu. “Aku masih punya sabar.” “Hah? Sabar? Untuk cintamu padanya, mungkin kali ini bukan itu jawabannya. Kamu kutu beras, ia kutu buku, kalian tak sederajat: bukan lagi sabar, tetapi sadar!” Deg! Cukup sesak. “Kamu itu kutu, janganlah serakah untuk juga mencoba menjadi batu. Ayolah!” Lanjutnya, di ujung batas, hingga benar-benar menyerah. Sadar! Sadar! Sadar! K...

Ksatria

Di hampir masa yang bertahun-tahun, seorang ksatria bingung, “kenapa perjuangan ini tanpa hasil?” Sebagai seorang perancang strategi dan pembangun serangan, ia memilih untuk bermain di belakang layar, memilih menjadi otak dan dalang. Bukan tanda menyerah, hingga putus asa dan lelah. Sama sekali, ia hanya bingung dan tak habis pikir. Kini, ia lebih, tambah, semakin, begitu berani: ia maju paling depan, menghadap siapa yang selama ini menjadi harap taklukan. Pasukannya bersiap, belum sampai pedang itu ia tarik dari sarungnya, ia berbalik tanpa sempat tercengang. Sebagai seorang perancang strategi dan pembangun serangan, seorang ksatria seharusnya sadar akan medan perang. Ia mundur, bukan tanda kalah: hanya mengalah, penuh sadar. “Ada apa, Ksatria? Kenapa anda menarik pasukan saat perjuangan kita telah bertahun-tahun ini? Bukankah pedang itu masih tajam dan bersih?” Tanya seorang kavaleri. “Perjuangan ini bukan berarti sia-sia, hanya saja aku sadar: pedangku ini tahajud, sed...

Ibadah

“Bih, bangun yuk!” Aku membuka mata. Wajah istriku begitu cantik. Ia bersiap. Jam menunjukan pukul 04.30 WIB. “Ayo kita subuhan, Bih!” “Iya.”   ***   “Bih, bangun yuk!” Aku membuka mata. Wajah istriku begitu cantik. Ia bersiap. Jam menunjukan pukul 03.00 WIB. “Kan belum subuh?! Baru jam 3?!” Bin gungku. “Tahajud, Bih.” Aku berhasil paham, menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain. “Habis itu…” Lanjutnya. Nah, kan! Aku gagal paham, mengumpulkan kemungkinan-kemungkinan lain: selarut dan sederas hujan begini. “Kita muroja’ah Qur’an ya, Bih?!” “Oh, iya Mih. Kita muroja’ah Qur’an.” “Yaudah deh, aku wudhu dulu.” Ia berpaling, beranjak, satu dua beberapa langkah, dan… Darrr! Aku mengusul ibadah lain yang nggak perlu ada pertimbangan dan nggak boleh ditolak. Aku mendekat. Ia tercekat. Kami terangkat. Sepertinya ia nggak keberatan: sama sekali. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan beribadah: menikmati beribadah, dengan rela. Alhamd...

Sembab

Entah apa yang terjadi dan harus dilakukan, di suatu hari di bawah rindang pohon flamboyan yang merunduk. “Nai, aku nggak perlu mengatakan apapun lagi. Nggak ada hal yang perlu aku jelaskan dan tunjukkan lagi ke kamu. Itu tidak lagi berarti. Aku kenal kamu, kamu kenal aku, karena memang kita udah lama saling mengenal.” Wajah-wajah itu, tatapan mata itu, hingga bibir-bibir yang bergetar. “Kamu pun tau, bahwa aku mencintaimu. Sungguh, aku mencintaimu dalam ucapan dan tindakanku. Semua udah aku tunjukkan, semua udah aku buktikan. Nggak ada alasan yang pasti dan terlalu bermuluk-muluk, bahwa tanda cinta adalah sebuah kenyamanan. Dan itu yang aku rasa selama ini, saat segala sisi dirimu melekat padaku.” “Tapi, bagaimanapun, cinta tidak dibangun dengan keterpaksaan. Dalam arti lain, kita harus memahami cinta dengan kerelaan. Karena memang dalam konsepnya, cinta itu pernyataan, bukan pertanyaan. Kita hanya perlu menyatakan, tanpa harus menuntut berbalas jawaban dalam pertanyaan-pertan...

Semangka

Nggak sedikit, kebanyakan dari kita selalu memandang sesuatu dengan kaca mata personal. Apa-apa dinilai dan menempatkan sesuai dengan porsi pribadi. Terlalu ego kiranya, dalih memegang prinsip. Itulah kenapa dalam konsep percintaan, kita hanya menyukai orang-orang yang sesuai dengan kita. Mungkin karena kita menyukai olahraga, kita akan lebih mudah menyukai orang-orang yang menyukai olahraga. Atau mungkin karena kita suka belajar, ada orang yang belajarnya melebihi kita bahkan hingga berprestasi, jatuh kagum di awal, lalu jatuh suka di akhir. Kalimat ‘sesuai passion’ hanya sebagai penjelasan paling sederhana dari alasan paling jahat dan ego bahwa kita menyukai orang yang terdapat sisi ‘ke-kita-annya’ dalam diri mereka. Menyukainya, sejatinya lu hanya menyukai diri sendiri. Mencintai diri lu yang melekat pada orang lain. Seenggaknya ini pendapat gua. “Lalu apa baik? Apa boleh?” Jangan langsung menembak seperti itu. Kadang yang menurut kita terang, itu gelap menurut sebagian orang....

Yik

Hampir 2 minggu, tulisan ini mangkrak, nggak kunjung tertulis: jujur, ini berat. Sedari lengang senyap pada tengah malam di selesainya menulis 2 judul berita Isra Mi’raj, memberi suatu energi yang entah apa. Mari, kita coba pelan-pelan. Perihal pondok ini, sekotak kamar sederhana dan nyamn itu menamai dirinya dengan Iksanda, M.12 Lorong Ibnu Sina. 3 tahun dan kesan pertama, tentu, bukan nggak mungkin, hanya terhalang kepercayaan diri untuk menuliskan semua kesan tanpa melibatkan perasaan, hingga melahirkan huruf-huruf yang jujur dan tenang. Apa jadinya jika gua menghadirkan ahlu bait, habaib sebagai pembahasan? Para dzuriyyah Nabi punya tempatnya tersendiri di pondok dan hati ini. Singkat saja, kamar gua didiami oleh seenggaknya 6 habib. Untuk satuan kamar yang diisi 30 orang, barokah itu, hitungannya tumpah-tumpah.  Belum lagi perihal lingkup asrama. Dari sekian nama besar, seperti Habib Zakariya Nur Salim Basyaiban dan Habib Abdurrahman As-Segaf, nama Habib Agil Al-Attas dirasa l...

2 th!

Bulan Januari, kini, seolah menjadi bulan yang spesial bagi gua. Dengan banyak bayang-bayang, sesekali mengenal cerita dari kaca mata ‘kebetulan’ dan ‘plot twist’ yang cukup mengejutkan. Terhitung jam beberapa lalu gua yang mendengar, atau mungkin membaca, seenggaknya menyimak suatu cerita seseorang yang berlatar dan beralur de javu : apakah bisa menular dan menjangkit? “Ini Januari?” “Ini Januari!” “Ini Januari!” “Blog Cengeng?!” Seperti orang yang tersambar petir, kejut itu spontan membawa jemari gua ke brankas pembendaharaan kata. Masuk dari satu folder ke folder lainnya, mencari dari berbagai macam judul tulisan yang terhampar. Hingga, berhenti tepat di satu judul: 1 th! Ada yang masih ingat? Gua buka. Gua baca. Eh, ini tanggal berapa? Blog Cengeng anniversary ke-2! Dengan artian, udah 2 tahun blog ini menemani perjalanan kepenulisan gua. Haha, cukup terharu. Di judul tulisan 1 th! itu tertulis, perihal keterpenyesalan seorang penulis yang merutuki kebodo...

Khazanah

Entah, tulisan ini akan berakhir panjang atau pendek, berat atau ringan: gua nggak berniat capek-capek, kita lihat saja, bismillah! Perihal satu kata ‘Khazanah’, banyak hal yang bisa dijelaskan dan ceritakan. Dari segala kesan dan sudut pandang. Suatu agenda tahunan itu selalu menjadi momen spesial di hati para pesertanya, para siswa jenjang akhir. Nggak hanya perihal ziarah, tapi juga momen muwadda’ah atau perpisahan dengan para dzuriyyah. Ziarah wali lima Jawa Timur untuk siswa jenjang akhir tingkatan Madrasah Tsanawiyah. Ziarah wali sembilan untuk siswa jenjang akhir tingkatan Madrasah Aliyah dan Madrasah Diniyah. Dan perpisahan untuk kami semua: kami, yang dipertemukan dan dipisahkan di pondok ini. Kami, yang berbagi bahagia dan sedih, bersama. Nggak ada antusias yang berlebih untuk khazanah kali ini, hanya berharap barokah ziarah dan hal-hal ringan: Pertama, perihal teman sekursi. Hal ini perlu diperhatikan. Karena, mood 4 hari ke depan akan ditentukan olehnya. Akan...