Semangka
Nggak sedikit, kebanyakan dari kita selalu memandang sesuatu dengan kaca mata personal. Apa-apa dinilai dan menempatkan sesuai dengan porsi pribadi. Terlalu ego kiranya, dalih memegang prinsip.
Itulah
kenapa dalam konsep percintaan, kita hanya menyukai orang-orang yang sesuai
dengan kita. Mungkin karena kita menyukai olahraga, kita akan lebih mudah
menyukai orang-orang yang menyukai olahraga. Atau mungkin karena kita suka
belajar, ada orang yang belajarnya melebihi kita bahkan hingga berprestasi,
jatuh kagum di awal, lalu jatuh suka di akhir. Kalimat ‘sesuai passion’ hanya
sebagai penjelasan paling sederhana dari alasan paling jahat dan ego bahwa kita
menyukai orang yang terdapat sisi ‘ke-kita-annya’ dalam diri mereka.
Menyukainya, sejatinya lu hanya menyukai diri sendiri. Mencintai diri lu yang
melekat pada orang lain. Seenggaknya ini pendapat gua.
“Lalu apa
baik? Apa boleh?”
Jangan
langsung menembak seperti itu. Kadang yang menurut kita terang, itu gelap menurut sebagian orang.
Kebenaran memang absolut. Tapi, bukannya kebaikan itu abstrak dan relatif?
Untuk hal
percintaan, gua nggak bisa apa-apa. Apalagi sok tutor dan tuntut harus memutus.
Gua? Siapa?
Meski kita
nggak punya kendali atas pernyataan dan pertanyaan, seenggaknya kita punya
pandangan. Dan ini pandangan gua:
Untuk
menerapkan sisi passion di kata pasangan, itu bagus. Jika kita berpasangan
dengan orang yang memiliki passion dan kecenderungan yang sama, bukannya akan
mudah untuk mencipta senang dan tenang itu? Bukannya hidup berpasangan memang
senang dan tenang yang dicari? Jika nggak, lalu apa?
Tapi, bukan
berarti kita memiliki pasangan dan hidup dengan orang yang nggak sesuai dengan
passion kita itu nggak baik dan akan berakhir suram. Kata siapa? Nggak juga.
Makanya ada istilah, “Hidup berpasangan itu saling mengisi, saling menutup
kekurangan satu sama lain.”
Seperti,
lezatnya masakan tercipta dari berbagai bahan dan bumbu: kesempurnaan tercipta
dari potongan ketidaksempurnaan. Kata sama terkumpul, dari bercak-bercak
perbedaan.
Berbeda lagi
ceritanya kalau lu dan ia adalah sama: sama-sama ini, bagaimana bisa
menutupi itu? Sama-sama itu, bagaimana bisa melengkapi ini?
Entahlah, setiap orang punya
persepsinya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar