Rumah
“Kamu marah, Ay?” Lelaki paruh baya, penuh sendu menghadap gadis remaja dengan wajah, bagai pelangi ditutup kemendung, muram itu suram. “Ayla, dengarkan ayah baik-baik.” Lelaki itu membenarkan posisi duduknya, menghadap wajah anak perempuannya. “Semua hal tentu ada kurang lebihnya. Semua hal ada konsekuensi dan jalannya. Belajar bukan hanya perihal membaca dan menulis. Tapi juga mendengarkan dan berbicara. Seharusnya kamu bisa dengarkan ayah, dan ayah pun dengan penuh rela mendengarkanmu. Kita harus bisa berbicara dengan komunikasi yang sehat. Apa yang harus ditakutkan dan ditutup-tutupi? Ini ayahmu, Ayla!” Perempuan itu masih saja termenung, tanpa sekalipun memandang wajah yang tengah mengharapnya. “Sejujurnya, ayah hanya belajar dari ibumu. Semua hal perihal keperempuanan, ayah dapat hanya dari ibumu: bagaimana ia senang, ia sedih, ia cemburu, atau ia menginginkan dan membenci sesuatu. Dari sikapnya, sifatnya, juga caranya berbicara. Tapi, ibumu, ia selalu berani untuk ju...