Hujan
“Bih…? Bih…?” Rupanya suaraku tak ada tanggapan. Aku yang selesai masak, sedari dapur, mencari keberadaan mereka: suami dan anak ku . Aku berniat mengajak makan bersama, apalagi hari ini aku memasak ikan mujair dengan sambal dan sayur bayam jagung. Tentu masih hangat. Tentu mereka suka: itu menu andalan keluarga. Tapi, mereka tak kunjung ketemu, panggilanku tak terjawab. Karena deras hujan, mungkin aku harus mencari mereka sampai di teras. Ke mana gerangan mereka di tengah hujan seperti ini? Mereka biasa di teras. Saat di teras pun ternyata tetap tak kutemukan. Hanya rintik hujan yang menetes, mengakhir, terjun dari atap dengan bebas dan segar. Lagi pula sendal mereka pun masih ada, tetap rapih di rak: menandakan mereka tak keluar rumah. Aku benar-benar bingung. Juga lapar. Tak lama, seseorang memanggilku. Di tengah hujan, pada deras hujan. Hujan-hujanan. “Umiiih!” Ahsan, anakku di sana. Astaga! Anak lelaki yang menginjak TK B itu sedang main hujan-hujanan. Ia terlih...