Kerontang
Entah kenapa, akhir-akhir ini bawaannya kesel aja. Dan nggak mungkin juga gua ceritain semuanya. Tapi seenggaknya masalah air galon ini perlu diusut tuntas dan dikritik secara normatif.
Air minum itu penting, karena minum itu penting. Jadi segala hal yang
berkaitan dengan air dan minum juga terbawa penting. Seharusnya setiap orang
bisa mengurus dirinya sendiri, atau paling nggak seminimal paling berjasa, bisa
mengurus organisasi struktural meski hanya dalam lingkup kamar. Semua perlu
diperhatikan: fasilitas, sumber daya, dan kesejahteraan menjadi faktor dan tugas utama.
Jangan malah, sampai ada warganya yang kecekek kerontang karena kehausan. Dan
solusinya pun bebas, asal jangan sampai membuat warga kamar lain ikut-ikut kecekek
kerontang kehausan juga karena hal ini. Terbawa-bawa memikirkan masalah yang
bukan masalahnya.
Apa-apaan! Masa setiap hari kamar gua jadi ramai orang-orang bawa botol
aqua 1,5 liter. Jangan pernah berprasangka baik pada hadap wajah dan ucap
mereka dengan mengangkat pembahasan yang mungkin bisa sedikit memberi
kenyamanan pada telinga dan perasaan. Mereka hanya ingin tuju air galon itu! Untuk teguk dahaganya.
Iya, entah kenapa orang-orang kamar lain pada minta air di kamar gua. Bukan hanya satu dua kamar, bukan hanya satu
dua hari. Banyak kamar, banyak hari.
“Apa yang harus dipermasalahin sih? Toh hanya air!”
Kalau sampai ada mulut yang nyeletuk kayak gitu, sini mulutnya gua celupin
teh panas buat ngaduk, kebetulan gua nggak ada sendok. Okelah hanya minta air.
Okelah, toh hanya air. Tapi ini hanya bukan soal air!
Semua tau, kamar-kamar samping kebon tebu ini kan emang udah nggak pernah
diantar lagi galonnya. Karena emang udah nggak ada list bayar galon. Mau nggak
mau kan harus ambil sendiri dan itu nggak dekat, juga nggak selalu ada motor.
Hanya orang-orang dehidrasi akut yang muncul ide ngisi galon pakai onthel, juga
mereka yang otaknya mlengse.
Lagian apa susahnya sih buat beli dispenser atau minimal guci air lah. Nanti tinggal beli galonnya dan bisa member ngisi air
tanpa harus bayar. Bisa puas minum air, tanpa harus minta kamar lain dan
basa-basi murahan. Ya paling, tetap harus ngisi sendiri. Ya tapi masa sebegitu susah dan malasnya ngisi galon buat minum sendiri? Yaelah.
Kan kalau setiap kamar punya guci, ngisi galon sendiri, kan enak. Nggak
meresahkan tetangga. Apa-apaan? Masa gua ngisi galon habis ashar, sebelum
maghrib udah habis! Dan kebetulan habis ngisi galon itu gua nggak di kamar,
jadi nggak tau. Setelah gua tanya sama anak kamar yang stand by, ternyata ulah
tetangga yang merengek kehausan.
Kalau mau bebas minum dengan tenang, ya ngisi galon sendiri lah, boy! Males
banget lu. Ngisi galon juga buat lu-lu juga yang minum. Jangan malah tetangga yang
jadi tumbal haus lu itu.
Dan kalau emang mau bisa minum dengan air panas, beli dispenser lah, jangan
yang model guci doang. Ya, paling berapa sih. Kan warga kamar lu banyak. Masa
demi kemaslahatan bersama susah?
“Kan kita tetangga, udah seharusnya saling membantu. Allah aja semakin
diminta semakin senang!”
Lah selama ini lu minta air dan kita-kita kasih itu apa kalau bukan bantu
tetangga? Tapi, yang namanya tetangga juga ada batas-batasnya. Ada hak dan
kewajiban. Adab dan tatakrama. Terus malah bawa-bawa Allah, apa maksudnya? Kalau lagi bahas konteks manusia, ya
manusia aja. Jangan bawa-bawa Tuhan. Ini hablu minannas yang dibahas, kok malah
belok ke hablu minallah nyari pembelaan? Udah minum?
Benar, Allah semakin diminta semakin senang. Kalau gitu, kalau lu haus,
minta air aja ke Allah. Dan yang namanya orang, dimintain, lama-lama kesel
juga. Apalagi hal yang dimintain itu adalah hal yang dibutuhin. Kebutuhan
primer.
Jangan mentang-mentang aroma mulutnya orang yang lagi puasa itu seperti
minyak misik, terus lu bebas huhah-huhahin aroma mulut lu ke orang lain! Oon!
Konteks wangi misik itu indallah, bagi Allah. Di sisi manusia mah, tetap
bau bangkai tuh mulut.
Jadi please deh nalarnya!
Teruntuk para tetangga yang budiman, perihal galon dan air sumber kehidupan
ini, saya dan teman-teman sekamar, harap maklumnya. Paling nanti, kalau emang
galon kamar saya habis atau kosong, nggak langsung ngisi air. Tapi, menunggu
kedatangan kalian-kalian terlebih dahulu untuk minta air. Paling kami jawab,
“Maaf tetangga, galon kami belum ready.” Sambil menunjuk pada galon yang
kosong. Terus kami ambil gallon itu dan kami bogem-kan ke kepala kalian semua.
Sekali lagi, harap maklum.
Komentar
Posting Komentar