Langkah
“Apapun yang terjadi, tetaplah berusaha menjadi orang yang baik!”
Hidup itu pilihan.
Menjadi baik adalah pilihan.
Menjadi baik adalah prinsip.
Dalam prinsipnya, sebenarnya sederhana, hanya
dengan menjadi baik untuk menjadi baik. Pegang apa yang menurut kita baik,
pahami, terapkan, berikan, terima hasil dan terus ulang siklusnya.
Sepertinya
indah jika setiap orang mengusahakan baik itu. Saling memberi, saling menerima.
Siapa yang menanam, ia yang akan menuai. Ia
menuai apa yang ia tanam.
“Apa setiap menanam pasti akan menuai, panen?
Bagaimana kalau gagal panen?”
Jalan pikir Tuhan tidak sesederhana itu!
Seharusnya
tidak ada masalah jika beragama dengan transaksional. Melakukan ini karena ingin dapat itu. Karena pahala, karena surga. Tidak
apa-apa. Selama itu kebaikan. Meskipun kenyataannya “lillahi ta’ala, karena
Allah ta’ala” tetap ia ucapkan di setiap akhir niat.
Kata beliau, “Tidak ada kesia-siaan dalam
kebaikan.”
Meski
memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi gagal panen itu. Entah kebaikan diri ataupun orang lain. Hingga titik apinya, antara orang
yang memperselisihkan kebaikan dan orang yang menormalisasikan keburukan.
Atau mau contoh yang lebih konkret?
Seperti, bagaimana untuk orang yang ’sudah’
melakukan kebaikan tapi malah keburukan yang didapat? Dibenci dan malah
dijahati? Apakah tuai tidak sesuai
tanam? Apakah hasil mengkhianati usaha? Apakah من خدم خدم salah? Mana فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ danادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُم itu?
Kebaikan pasti berbalas kebaikan. Tenang saja.
Percayalah. Jangan terlalu repot untuk menuntut apa, kapan, di mana, bagaimana,
dan perantara siapa kebaikan itu terbalas. Terus saja berbuat baik dan biarkan
kebaikan itu membalas dengan caranya sendiri.
Pertanyaan terakhir: kenapa kita harus berbuat
baik? Menjadi baik?
Karena memang, hanya dengan kebaikanlah, kita
dapat meraih kebahagiaan.
Ingat, kebahagiaan. Buka kenikmatan. Bedakan
kebahagiaan dan kenikmatan.
Sedangkan
kebahagiaan, menurut Al-Faraby, adalah ultimate good. Puncak Kebajikan. Puncak keinginan.
Saat kebahagiaan tercapai, maka hilang semua
keinginan.
Lalu
tunggu apa lagi?
Come
on, fastabiqul khairat!
Komentar
Posting Komentar