Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2024

Barista

Di detik yang berlalu, gua termangu: kok hidup bisa selucu ini? Entah kenapa, pada suatu hal di sudut pikiran, memberi kesan lucu dengan ritme dan jenis artikulasinya tersendiri. Bulan ini mungkin bisa dibilang banyak sedihnya, banyak lelah dan pasrahnya. Ya, meskipun nggak semuanya bisa diceritakan dan mendapat jawaban. Mungkin dengan sebab tercubit oleh ‘lucu’ ini, gua bisa cerita barang sedikit, kecil aja. Meskipun juga hal ini nggak bisa dibilang remeh, sama sekali. Karena apa? Kemarin, hampir aja, hampir aja cita-cita besar dan paling gua impi-impikan ini terwujud: suatu kesempatan yang menyapa di depan mata, untuk berpeluk haru dengan bertemu Bang Tere Liye! Lu nggak salah dengar, ya Tere Liye! Kabar itu lepas saja dengan halus, menyiram hati-hati yang gersang, sedekit memberi pupuk ajaib, lalu menumbuhkan sekuntum bunga dengan harumnya yang nggak bisa dibayangkan seberapa harumnya. Pada suatu taman bunga yang bernama “ROADSHOW PENULIS TERE LIYE” untuk menyongsong...

Kitten

Mungkin di sebelum habisnya bulan ini, gua pengen nulis aja hal-hal yang dirasa takan pernah habis ini. Yah, atau mungkin sedikit cerita penyegaran. Di suatu sisi, masa libur punya titik jenuhnya tersendiri. Beberapa waktu belakangan, kamar gua bertambah ramai dengan anggota keluarga baru, mungkin 5 atau 4. Sore itu, meski cukup lengang untuk mengucapkan terima kasih pada novel berpuluh bab, beratus halaman itu, lalu merebah, dan menguncup dalam lelap: pojokan petak kamar yang nyaman. Eh, kok lah ndilalah pas maghribnya... “Ih ih, manak-manak!” “Eh, iyo kuwi!” “Ambilin kain!” “Ojo di ndelokno!” Lu tau vibes maling tertangkap warga? Ya kurang lebih gitu. Sinyal ribut yang diterima daun telinga, sontak membuat kelopak mata ini perlahan terbuka, malas, sebal. Tepat di depan mata gua, ‘setumpuk’ kucing sedang meringkuk, sesekali menggeliat patah-patah. “Sejak kapan nih kucing di sini?!” Dengan sedikit kaget dan kesal yang tersisa, gua beranjak, wudhu. Mengesamping...

Lekas

Bagi seorang pembaca, pasti ia lebih suka membaca. Tapi bagi seorang penulis, apa yang lebih ia suka: menulis atau malah membaca? Karena membaca yang membuatnya menulis, atau karena menulis yang membuatnya ingin terus banyak membaca? Ini sedikit rumit. Apapun itu, sesekali, perlu kiranya kita untuk lebih dulu jatuh cinta pada membaca: bagaimanapun caranya. Setiap hasil pasti memerlukan jalan usaha, dan setiap orang memiliki jalan usahanya masing-masing. Tugas kita hanya terus mencoba mencari jalan itu dan sampai. Sebuah puisi yang ditulis oleh seseorang yang menamainya warashati, menyadarkan cinta itu dengan sebaris judul Semoga Kau Suka Membaca. Gua suka puisi ini. Gua akan tulis lengkapnya di sini untuk kalian, untuk kita. Menurut beberapa penelitian. Dalam hal-hal tertentu, manusia lebih banyak berkomunikasi menggunakan bahasa nonverbal daripada verbal. 7% dari kata-kata yang diucapkan. 38% dari nada dan intonasi suara. 55% dari bahasa tubuh seperti ekspresi wajah da...

Tumbuh

Setelah melewati masa serangkain ujian yang penuh lelah dan secuil liburan yang membuat jengah, semester 2 dengan segera menyapa KBM madrasah diniyah dan hati-hati yang gerah. Bagi sebagian orang, semester 2 bisa diartikan dengan berbagai hal. Mungkin senang dan antusias, juga biasa saja atau malah lemas. Ya, semakin ke jenjang tahun akhir pelajaran, semakin kencang pula penekanan: makna kitab atau malah hafalan nadzom. Tapi gua nggak akan membahas itu kali ini. Ada hal lain yang sekiranya, ya, cukup mood untuk coba menuliskannya di sini: sebuah kejadian yang penuh ajaib! Keajaiban itu menimpa suatu kelas yang memiliki suhu ruang lebih hangat dari leher orang yang udah seminggu meriang. Seperti biasa, malam itu berjalan hambar sebagaimana mestinya. Hingga, suatu pengumuman disampaikan oleh yang punya wilayah, Rois Amm’. “Berhubung kita sudah memasuki semester 2, saya sebagai Rois Amm’ akan membentuk kepengurusan rois yang baru sebagai bentuk regenerasi dan pemberian kesempatan ba...