Item
“Ayo, Tem. Info hawk-hawk!”
Mantra
pamungkas itu masih basah dalam ingatan. Perihal pertemanan, perihal putih abu
dan dewasa, Iksanda bukan hanya sekedar nama tempat.
“Meski sudah berada di tempat lain, bukan
berarti kita orang lain!”
Itu kenapa
kedelapan pemuda gagah berani itu, masih tetap menjaga kobar api ‘Monster Rawa’
agar tetap hangat, nggak padam.
Dengan
rutinitas masing-masing, sama sekali mual dengan menjadikan kata sibuk sebagai
kambing hitam dalam lingkaran ini. Berbagai usaha dan upaya, dilakukan apa
adanya untuk sekedar bertatap dan berbincang: ofline ataupun online.
Entah kenapa,
kali itu malah kepikiran buat bikin arisan. Dengan berbagai muluk-muluk
hasil arisan itu, intinya dan paling penting: bagaimana caranya agar kita bisa
kumpul.
Momen jum’at
awal bulan itu begitu ditunggu-tunggu.
Di edisi yang
kesekian, Fulan malah dijadikan subjek dan objek. Namanya terlalu bagus untuk
diperkenalkan, laqob malah menamainya 'Hitam': karena kurang atau bahkan tanpa
putih, gua memanggilnya 'Item'.
Pergerakan dilaksanakan,
tempatnya ditentu markas.
Rundown itu
jelas. Selain perihal arisan, ada agenda makan-makan. Tentu makan-makan dari
makanan yang dimasak dalam masak-masak. Ini akan seru dan menarik!
Bla... Bla...
Bla... Fuh-Fuh-Fuh, jagung bakar dan mie nyemek itu ditungku dalam porsi besar, jumbo,
raksasa. Tentu dalam teknik ala-ala S3 perkokian: bumbu dan rempah adalah
kunci, tumpah ruah dan rahasia.
Sreng...
Sreng... Sreng... Gua nggak mau lebay berlebih kata, bahwa nyatanya masakan itu memang enak.
Sukses besar. Lalu ngobrol, dan bercanda.
Tapi yang
menjadi titik tekan, bukan soal cerita pernak-pernik Moster Rawa. Itu terlalu
luas dan manis. Kita ambil sedikit bagian dari serpihnya, gua hanya berniat
membahas Item.
Gua coba
jelaskan pelan-pelan dan sesederhana mungkin.
Item adalah
salah satu pembesar Monster Rawa dan teman terbaik gua. Ia masuk dalam segala
hal, termasuk komedi, otomotif, dan kuliner. Itu kenapa gua bisa punya
chemistry lebih dengannya. Itu kenapa awal bulan selalu memiliki kesan
tersendiri di antara gua dan ia, terutama untuk menambah wawasan khazanah
kuliner nusantara.
Tapi, di sini,
saat ini, ia tetap menjadi Item dengan selera kulinernya. Hanya mungkin,
berbeda pasar dan momen. Dulunya ia yang konsumen, kini malah melebarkan sayap
dengan merambat menjadi produsen dan distributor langsung. Ia membuka usaha
gorengan, asin-manis, jam terbangnya lah yang membuktikan. Mitranya merangkak.
Di jam malam
itu, potongan tempe dan pisang berderet rapih, bersiap untuk dieksekusi,
diantar, disantap.
“Ini semua
diapain, Tem?” Ucap gua memasuki wilayah koki.
Ia terkesiap,
ada gurat khawatir perihal gua yang menyambut potongan tempe. Hal jelas yang
gua tangkap: kecil salahnya produksi, akan berakibat serius atas kerugian. Ini
bukan momen uji coba!
Gua memilih
memperhatikan, tetap dalam antusias.
Ternyata, hal
apapun itu ada tekniknya. Sesederhana memotong, gua kira itu skill tingkat atas
pro player. Belum lagi hal-hal kalkulatif, ngadon dan masak: Item malah
mempersilahkan gua untuk andil bagian pisang yang terkesan minim resiko.
Gua menikmati
itu: ilmu baru dan gorengan-gorengan yang nggak memenuhi syarat produksi.
Di luar itu,
rupanya gua dan Item memiliki pandangan yang sama perihal kepedulian dan
ketertarikan akan dunia peternakan. Gua rasa baru ia, orang yang bisa
mengimbangi dan membangun, perihal maksud dan hal yang gua paham selama ini: ia
mendukung, ia memberi solusi. Gua tercerahkan.
Sebenarnya ini
unek-unek kusam yang terus mengendap dan lapuk. Hingga akhirnya terkuak dan
terpelihara dari Item yang juga diam-diam merintis peternakan, dimulai dari sub ayam
kampung. Ketelatenan pengalaman, memberikan kematangan bobot kalkulatif yang
berbeda: itu yang gua suka dari Item.
“Gabah nih
membantu mengurangi kelembapan kandang, termasuk amoeba kotoran ayam.” Jelasnya yang mengalir, pada aturan pakan
yang harus menyesuaikan umur dan jumlah ayam, lalu pengeluaran dan pemasukan,
itu semua ia pelajari sendiri.
Secara ia yang
telah berdomisili di luar pondok, karena tamatnya madrasah dan masa khidmah
mengajar, hal-hal tentang kehidupan di sana memiliki sisi menariknya tersendiri
dari kaca mata individu yang berbeda.
Teruntuk Item,
gua bisa menangkap sukses itu. Kita buktikan aja, hanya waktu yang bisa
menjawab.
*Tapi tunggu dulu: mau seberapa
seksesnya Item nanti, pokoknya gua harus lebih sukses! Haha.
Komentar
Posting Komentar