Iler
“Gimana ya, Bat?”
Di malam
gulita, kantong kresek datang nggak kalah gulita.
“Ada apa, nih?”
“Ini tentang
plastik indomart. Besok dia ulang tahun.”
“Ya, kadoin.
Ucapin selamat.” Jawab gua sekenanya.
“Gimana ya,
Bat? Gua udah ngasih segalanya buat dia. Waktu, tenaga, pikiran, harta, dan apapun demi
kebahagiannya. Emang cinta sebodoh itu ya, Bat?”
“Ya, nggak tau.
Kok tanya gua? Emang gua Georg Wilhelm Friedrich Hegel?” Ucap gua lanjut rebah.
“Ah elah,
Bat. Tega banget lu!
“Apalagi sih,
sek. Kresek.”
Gua harus
kembali terduduk. Tengah malam begini harus menimpali percintaan bani kresek
itu, dirasa, cukup malas.
“Ya, emang
begitu yang namanya suka sama sesama plastik. Katanya, cinta itu buta atau
apalah. Pasti ada resiko di setiap hal. Segala apapun jika dilakukan dengan
cinta, dengan senang, emang kadang nurut aja. Jadinya, cinta dan bodoh kayak beda tipis.”
“Terus?” Timpalnya seperti belum paham.
“Jadi gini,
kresek. Setiap yang orang jatuh cinta itu ibarat kita nitip sesuatu di kantong.
Entah disengaja atau diam-diam, entah ia tau atau tidak, apapun yang dikantongi
itu akan terbawa bebas ke mana saja oleh yang tertitipi. Begitu pun lu, perasaan yang lu titipin ke
dia, plastik indomart, akan membuat semua hal jadi ikut pada yang tertitipi.
Tiba-tiba aja lu jadi suka nonton bioskop karena gara-gara dia emang suka
nonton bioskop atau yang lainnya.”
“Saran gua, lu
emang harus tepat memilih objek untuk titip perasaan lu. Objek yang sekiranya
membawa perasaan lu ke hal-hal baik, dengan segala hal yang terbawa latar
belakang dan apapun yang terikat pada sifat dan sikapnya yang baik.”
“Aslinya
percintaan kayak gini bisa lu jadiin sebagai salah satu pendorong mimpi-mimpi
lu. Kembali lagi, lihat siapa yang lu jadiin objek. Kalo lu mau nggak terlihat
goblok, jadi pintar, jadi kebawa rajin, lihat objek suka lu. Gua rasa, lu udah
paham mana yang baik buat lu.”
Komentar
Posting Komentar