Indah

Dalam sebuah pagi, dalam sebuah otak seorang lelaki yang belum tidur sampai pagi.

Nyatanya, roda onthel itu udah harus berputar di tengah pagi. Tengah pagi yang sangat pagi, sangat pagi yang masih bersemu kabut dan embun. Untuk opsi prioritas kebutuhan mata atau perut, ia malah lebih memilih mengobati lapar dibanding ngantuk: ia bermaksud sarapan.

Dengan suasana yang sangat mendukung untuk deras alir ide yang dibiarkan lepas dan mengarah pada apapun, banyak hal yang bisa diperhitungkan penulis untuk ditulis. Hal berat, hal ringan. Hal luas, hal sempit. Hal dalam, hal dangkal. Semua campur aduk tumpah ruah dalam pikiran yang menggelitik.

Nggak tau, gua pengen nulis ini aja. Salah satu ide yang cukup didukung mood, dari sekian banyak ide yang coba diapresiasi dalam usaha pengabadian.

Kita mulai!

Gua jatuhnya jadi mikir, bahwa Allah itu Tuhan yang Maha Indah, yang tentu menyukai hal-hal indah. Dia indah, dan segala hal yang berkaitan dengannya jadi ikut terbawa indah. Dengan begitu, tentunya berdampak, perihal ciptaannya yang indah dan menyukai hal-hal indah. Karena memang, bahwa manusia adalah cerminan perwajahan Tuhan, khalifah di muka bumi.

Itu kenapa, sesempit paras: perempuan yang pasti menyukai lelaki tampan, dan lelaki yang pasti menyukai perempuan cantik.

Tapi, dengan ini, ada 2 hal yang sudi untuk pendalaman pemaknaan pembahasan: perihal sebatas mana makna tampan dan cantik itu, dan otoritas apa yang berwenang menilainya.

2 hal tersebut mungkin terinclude secara kolektif dalam satu jawaban spontan ngawur ngaco seorang lelaki ngantuk dan lapar, dalam kayuh onthelnya.

Perihal keindahan tampan dan cantik itu masuk koridor penglihatan yang menjadi tugas mata. Dan pengkajian makna indah pada kata tampan dan cantik itu nyatanya hanya bisa ditemukan dari ketenangan hati. Dari mata ke hati, mata lah yan mempengaruhi hati.

Hingga, inilah masalahnya: hasrat.

Tentu hasrat berperan penting akan hal ini. Nggak dielakan, karena nafsu hasrat juga merupakan bagian dari unsur diri manusia. Dan pengkajian makna indah pada kata tampan dan cantik, jika alurnya dari mata ke hati, karena mata lah yang mempengaruhi hati, inilah yang memantik celah untuk hasrat ikut andil, lalu melebar dengan segala pengaruh buruk yang dibawanya, hingga terjadi dampak-dampak nyata.

+ Keterangan buku ”Monolog Cinta”

Satu-satunya cara untuk meminimalisir atau bahkan megantisipasinya, dengan cara diubah alur pengkajian makna indah itu. Bukan dari mata ke hati, bukan mata yang mempengaruhi hati: tapi dari hati ke mata, hati lah yang mempengaruhi mata. Itu mengapa ada istilah penglihatan atau pandangan hati, yang hanya bisa dicapai dengan sebersih-bersihnya hati.

Dengan itu, maka akan mudah untuk menjawab keterbingungan, ”kok ia bisa mau ya sama si dia?”, ”kok ia bisa berjodoh ya sama si dia?”

Cinta itu bersifat metafisik yang menjadi urusan hati yang juga bersifat metafisik. Sangat nggak pantas jika cinta disandingkan dan dikaitkan dengan mata atau hal-hal fisik lainnya. Itu kenapa, cukup masuk akal bagi mereka yang mengatakan bahwa cinta itu nggak butuh alasan: meskipun nggak tau juga deh.

Ah, taulah!

Gua cuma mau sarapan.

Gua harus cepat-cepat tidur!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dompet

Dosa