Air

Suatu hari di dunia teguk, hiduplah bermacam minuman.

Bukan tanpa alasan dan harus pilah memilih mana yang untuk siapa, kebebasan berekspresi digalang melanglang.

Ia, air mineral.

Hidup sewajarnya dan sederhana, air mineral nggak muluk-muluk soal hidup. Ia tetap polos dan jernih. Tapi, dengan itu, bukan berarti ia tanpa sosial. Ia tetap berteman baik dengan minuman lainnya. Teh manis atau tawar, kopi pahit atau susu, mereka saling mengisi dan berbagi satu sama lain.

”Kamu meragukan?”

Nyatanya ia tetap berwarna larut selaras dengan sirup, juga dengan serbuk sachet lainnya: menandakan pembuktian interaksi sosialnya.

Hingga pun, ia sama sekali nggak bereaksi dengan segala perputaran zaman dan hiruk-pikuknya. Semua bersolek, berusaha atau malah memaksa: Earl Grey Tea with 2 Toppings, Strawberry Sundae, Iced Coffee Macadamia Float, Lovlychee Float, Thai Milk Tea, Caramel Macchiato, Espresso Con Panna, atau nama keren lainnya. Ia tetap ia, air mineral yang polos dan jernih.

**

Sejujurnya, bagi gua, air mineral punya pesonanya tersendiri. Meskipun secara sadar, bahwa gua pun mengakui akan minuman-minuman lain yang memiliki rasa dan trendi pada umumnya: berselera.

Tapi, air mineral beda!

Air mineral lebih bijak akan penyelaman makna yang lebih penting dari rasa dahaga: dahaga itu di tenggorokan, bukan di lidah!

Air mineral adalah arti sederhana itu sendiri, warna dan rasa. Mereda yang paling leluasa dengan kepuasan di setiap teguk, membawa ketenangan, mengalir ke seluruh tubuh.

Setelah habis kegiatan menguras keringat penuh degup, kebayang nggak sih gimana rasanya tenggorokan itu disiram dan mengalir air mineral yang baru 10 menit di dalam kulkas, lalu bunyi glek-glek di kemudian?

Untuk segala pertikel-partikel dan molekul yang terkandung di dalam air mineral yang baru 10 menit di dalam kulkas, dengan sepenuh dahaga: aku begitu mengagumimu!

Tapi ini, bukan hanya sekedar soal air.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mekar

Kepompong

Terminal