Udik
Entah kenapa, orang begitu mudah menilai sesuatu hanya dari luarnya. Atau seenggaknya dari garis besar, seperti latar belakang.
Betapa ribetnya orang yang harus mengurus hidup orang lain, mungkin
bermaksud peduli. Tapi, jika melihat ia yang terus menerus ribet mengurus hidup
orang dengan ia sendiri yang acak-acakan hidupnya, pantas disebut apa?
“Mentang-mentang orang kota, bajunya bagus-bagus mulu, mewah-mewah: mau
dibilang apa, sih?!”
Atau malah.
“Orang kota kok, bajunya jelek-jelek? Penampilannya kok nggak mencerminkan
orang kota?”
Gua nggak habis pikir untuk omongan seperti itu. Sampai baju, penampilan
aja serba dikomenin! Apa-apa jadi serba salah.
Bagus jeleknya baju dan penampilan gua, apa urusannya sama lu?
Bisanya ia menilai bagus dengan nada iri, atau malah menilai jelek dengan
nada dengki.
Kok bisa-bisanya ia, berani menilai bagus jelek dalam proposional orang
kota: emang kalau gua orang kota, kenapa?
Ia yang menilai orang dengan begitu tinggi dan sok paling paham selera
kota, padahal rumahnya plosok!
Ke indomart jarak 20 kilometer, naik sampan nyebrang sungai, jalan tanah
berlumpur offroad, lampu pake minyak tanah, rumah papan, lauk tempe masih
diangetin aja: apa yang mau dibanggain?
Amazon!
Purba!
Kalian nggak terima perihal gua yang kasar? Asal mau tau, ia lebih kasar tanpa manusiawi!
Asal lu mau tau aja.
Cuma nggak gua tulis di sini.
Masih sudi untuk sekedar menghormati, tanpa mengumbar aibnya.
Lagian baju, baju gua. Yang pakai, gua. Yang beli, gua: kok lu ribet?
Dalam konsepnya, perihal baju dan penampilan itu sederhana, hanya 2: yang
penting nyaman dipakai dan pantas dilihat. Kalau sisi nyaman dan sisi pantas
bertabrakan, nggak bisa untuk memenuhi 2 kriteria itu. Yaudah, yang penting lu
nyaman: mau sebuluk dan secompang-campingnya kayak apa tuh baju.
Yang penting nyaman, sah dipakai sholat, dan bisa menutup aurat. Apalagi?
Nyatanya, saat ia nggak punya baju dengan dalih belum nyuci yang padahal
nggak pernah kesentuh tuh buntelan sampai menggembung: tetap gua pinjamin,
tetap gua suruh ambil dan pilih sendiri.
Dari kesemua tumpukan baju yang tertata rapih di lemari penuh estetika itu,
kok bisanya ia mengambil yang erigo shanghai longsleeve shirt? Emang nggak ada
yang lain?
Bukan maksud pelit atau apa, lucu aja lihat orang nggak tau diri lagi jilat ludah sendiri? Gimana rasanya?
Habis manis sepah dibuang.
Lucu kamu, udik!
Nasi udik.
Komentar
Posting Komentar