Raja
Suatu hal hebat, jika timbul kebahagiaan dari rutinitas. Segala kegiatan yang berputar dengan monoton, terkadang membuat kita jengah dan lelah. Belum lagi perihal faktor lain yang menjadi penghalang, begitu agungnya konsekuensi istiqomah!
Dengan pemahaman lain, istiqomah itu berat!
Pengajian ba’da jum’at kali ini cukup mendapat antusias lebih. Perihal
tentang segala step-step diri yang terlampaui, atau mungkin juga perihal ajakan
Bakwan untuk ziaroh akbar di maqbaroh di pondok besar yang dipimpin beliau-beliau
yang sebelumnya gua lebih menyukai jam sepi maqbaroh untuk ziaroh: gua marasa
ringan aja langkah ini ke mushola, berangkat ngaji.
Dengan menimbang pertemuan kemarin gua play off invasi ke Kebumen yang
kebetulan pertemuan ngaji libur karena Gus Reza ke Baghdad, pengajian ini
terasa penuh rindu: termasuk gua yang pengen dengar cerita beliau saat ziaroh
ke Baghdad!
Terduduknya gua di mushola saat itu, bukan pada tempat seperti biasa.
Maklum, pendatang baru kadang belum mengenal batas zonasi peserta tetap. Gua bergeser
rada jauh.
Bincang-bincang ringan bersama rencang, sampai datangnya beliau.
Pengajian dimulai.
Di saat penjelasan sehabis memaknai penuh runtut, kadang gua bingung
sendiri, “kenapa pembahasan kitab ini selalu loncat-loncat, kadang bahas ini,
tiba-tiba bahas itu!” Pikir gua di antara asumsi gua perihal luasnya ilmu Syekh
Mawardi selaku mushonif dalam mengarang kitab, atau pemahaman gua aja yang
terbatas. Kayaknya emang karena gua, sih.
Meski pembahasan ini masih dalam lingkup bab rezeki, Gus Reza menjelaskan
perihal hal-hal penuh hebat lagi kagum. Catatan adalah keharusan! Saat
kenyataan gua yang nggak bawa lembar kertas, bukan tanpa alasan untuk gua
mencoret celah-celah kosong dari lembar kuning kitab itu. Sampai teks-teks arab
itu, nggak lepas gua garisi kotaki sebagai penanda yang sekiranya penting dan
bagus bagi gua: untuk bacaan, pemahaman, terutama untuk referensi!
Gua yang sesekali menengok peserta tetap lainnya di sebelah, mengapa bisa
begitu semrawut kitabnya itu penuh catatan-garisan: pemahaman itu membuktikan,
gua masih oon!
“Petenge kitab, padange ati!” Dawuh Yai Marzuqi Dahlan mengiang di telinga.
Gua mencoba menitip keterangan itu di sini, yang nggak seberapa.
[وقد روي عن ابن عباس ومجاهد في قوله تعالى: (إذ جعل
فيكم أنبياء وجعلكم ملوكا) [المائدة: ٢٠
“Mudah bagi kalian untuk menjadi seorang raja:
menikahlah! Prajuritnya adalah istri dan anak, juga pembantu. Istananya adalah rumah.
Menikahlah! Tapi ingat, menikahlah ketika sudah waktunya!” Lanjut Gus Reza
menjelaskan, lalu pada hadits di redaksi kitab selanjutnya.
وروى زيد بن أسلم قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: ((من كان له بيت وخادم فهو ملك)) وهوفي المعنى صحيح
Juga perihal rezeki yang nggak kalah penting, yang
cukup tersambut antusias ketika beliau menjelaskan perihal ini.
وحكي عن ابن المعتبر السلمي, قال: الناس ثلاثة أصناف
أغنياء, وفقراء, وأوساط. فالفقراء موتى, إلا من أغناه الله بعز القناعة. والأغنياء
سكارى إلا من عصمه الله تعالى بتوقع الغبر؛ وأكثر الخير مع أكثر ألأساط, وأكثر الشر
مع أكثر الفقراء والأغنياء؛ لسخف الفقر, وبطر الغنى.
“Diceritakan dari Ibnu Mu’tabar As-Salmiy, ia
berkata: ‘manusia itu digolongkan menjadi 3, golongan kaya, golongan faqir, dan
golongan tengah. Golongan faqir itu (seperti) orang mati, kecuali mereka yang
diberi anugerah oleh Allah dengan kemuliaan sifat qona’ah. Golongan kaya itu
(seperti) orang mabuk, kecuali mereka yang dijaga oleh Allah dari mengharap
(mengemis) kepada orang lain. Kebaikan itu banyak ditemukan pada golongan
tengah, dan keburukan banyak ditemukan pada golongan faqir dan golongan kaya,
karena lemahnya golongan faqir dan lacutnya golongan kaya.’”
Buat kata terakhir perihal lacut, gua nggak tau
atau mungkin takut salah perihal padanan kata. Tapi, jika melihat keselarasan
dari lemahnya golongan faqir sebagai mentalitas, bisanya kalau golongan kaya
itu suka foya-foya: mungkin itu maksud lacut.
Juga perihal golongan tengah yang nggak diterangkan
oleh beliau, karena memang nggak ada di kitab. Meskipun dirasa relatif, mungkin
maksudnya golongan tengah adalah sederhana atau ketercukupan.
Baik lacut atau golongan tengah, atau malah di
sebelum-sebelumnya: salah atau kurang tepatnya, gua minta koreksi.
Semoga diberi keteguhan dalam keistiqomahan,
kemudahan dalam kebaikan: diberi kebahagiaan dalam belajar, mengaji.
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Komentar
Posting Komentar