Bijak
Pernah suatu ketika, sering kali kita mendengar ucapan para bijak bestari akan pencerahan-pencarahan diri. Sangat tentram hidupnya, tetap sejuk meski dihadap gerah.
“Jangan benci orangnya, tapi benci sifatnya!”
Tapi maaf, para bijak bestari, berkenankah jika saya berpendapat?
“Orang itu dzat, benci itu sifat. Dan yang namanya dzat nggak mungkin
terlepas dari sifat. Dzat pasti berbarengan dengan sifat. Bentuk dan bahan
kopeah itu dzat, warna hitam dan halusnya itu sifat: nggak mungkin bentuk dan
bahan kopeah itu dipisah dengan hitam dan halusnya!”
Bukannya begitu, Bijak?!
Lantas, bagaimana cara kita untuk tetap respect terhadap orang meski
membenci penuh murka pada sifatnya? Respect pada orang yang kita benci
sifatnya?
Maaf, jika ucapan saya menyinggung dan tidak sopan.
Salam hormat penuh ta’zhim dari saya.
Komentar
Posting Komentar