Kuliner

Sudah kuperingatkan, sebaiknya, jauhin teman yang pecinta kuliner: makan.

“Kenapa begitu?”

Sudah bermaklum tak perlu kaget punya teman pecinta kuliner yang suka makan, apalagi kalau sedang lapar, apalagi kalau sedang berselera. Mungkin kalian terheran dengannya yang membeli 2 porsi Nasi Padang Pak Kumis yang memiliki porsi kuli itu: sebungkus pun belum tentu habis dimakan 2 orang. Aku malah heran kenapa ia hanya membeli 2 bungkus yang padahal biasanya 3 bungkus dan masih sempatnya menyikat batagor, sempol, dan beberapa potong gorengan sampai bersendawanya: apakah ia yakin bisa kenyang dan puas?

Kamu salah jika 2 bungkus itu akan berbagi, apalagi jika sedang berlauk rendang. Nyatanya aku pun beli sebungkus dengan lauk ayam hijau yang tentunya dengan nasi setengah porsi. Aku minum air putih, ia 3 gelas es teh dan jumbo.

Baca do’a dan tiba-tiba, gelap.

“Aku di mana?”

“Aku di mana?”

“Kok basah, dingin?

“Kok bau rendang?”

Di ujung ruang itu aku yang bertanya-tanya, tampak samar-samar, entah dari mana asal suara itu: cukup mengusik telinga, dan perasaan.

“Apakah kamu tak tau? Aku pun menyukainya. Aku tak rela!”

 

*Warna putih abu kadang terasa manis, kadang terlalu mual karena terlalu manis. Ribet sekali intrik kakak perempuan itu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar