Duduk

Lelaki itu tiba-tiba berhenti, dari apa yang berkutat dan bisunya sedari tadi.

”Tolong, ambilkan aku tinta!” Ucapnya pada perempuan di sebelahnya dengan sorot mata yang tetap ditujukan pada lembar-lembar kertas dengan kalimat yang sepenuhnya terpotong terbengkalai.

Perempuan itu tersenyum, terkesiap.

Tak lama, cukup cepat untuk sadar bahwasanya perempuan itu telah kembali: di sampingnya.

”Ini, apa? Aku butuh tinta!” Tanya lelaki itu sesaat apa yang diberikan sang perempuan.

Kali ini, tak ada senyum: mungkin terkesan serius.

”Aku hanya punya cinta!”

Lelaki itu mencerna.

”Aku tak berharap kau tulis, aku hanya ingin kau baca!” Lanjutnya, terakhir untuk hal yang tak akan pernah berakhir: semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dompet

Dosa