Ketupat

Sudah seharusnya suka cita di hari raya, hari di mana merayakan kesenangan, kemenangan.

Tapi, nyatanya, hidup perlu gerak.

Lihat saja orang itu! Bodoh! Nggak tau budi! Gila dunia! Mungkin itu sedikit dari pandangan sumpah serampah orang setelah sholat ied dan berhangat ria dengan riuh sanak saudara, ia malah berjalan tak acuh mendorong gerobak yang dipenuhi pisang menggantung. Sesekali, “Pisang…Pisang…” dalam teriaknya.

Di sepanjang jalan sepi itu, ia letih nggak tersampaikan. Bayangkan saja, harga dirinya sebagai kepala keluarga benar-benar dipertaruhkan. Ia paksa tega meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih muram karena nggak dapat mengenakan baju baru di hari raya. Habis anak-anak itu itu dicaci maki kawan sebayanya. Hilang muka istrinya yang harus mengenakan dress lusuh tahun lalu.

Di bawah rimbun pohon rambutan, ia terduduk menahan beban malu itu.

“Tuhan, apa yang harus kurayakan di hari raya ini? Mana bahagiaku?”

Camuk perasaan itu membuatnya terpejam.

Ia kalah.

Terlalu lelah.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar