Helai

Hidup adalah tentang belajar. Meskipun kenyataan dalil menyatakan untuk ibadah, apa artinya ibadah tanpa ilmu? Apa artinya ilmu tanpa belajar?

Dengan itu, Allah pun telah memberikan kita semua, segala aspek penunjang untuk belajar itu. Otak dan pikiran, hati dan perasaan, hingga orang-orang dan interaksi. Penyebaran nilai kebaikan pun merebak di segala wadah lembaga pendidikan, lisan atau tulisan, hingga diam pekanya merasa.

Sejatinya, kita bisa belajar di manapun, kapanpun, dan dari siapapun!

Ilmu Allah itu bertebar luas!

Nggak menyangka, di dalam suasana yang sungguh melelahkan untuk segala kegiatan di suatu hari, merehatkan pikiran dan merebahkan badan: media sosial selalu memberikan pengetahuan dengan pesonanya tersendiri. Termasuk membaca komenan-komenan netizen di beberapa postingan!

Udah bisa dipastikan, komenan itu senada dengan postingan. Meskipun dengan beragam diksi dan sudut pandang juga gaya bahasa, tapi seenggaknya netizen masih cukup bijak untuk konteks ataupun tema pembahasan.

Dengan berbagai akun yang gua follow sesuai dengan kecenderungan diri dan senangnya, di salah satu postingan, ada sebuah komentar yang cukup menarik perhatian, lalu kagum.

“Kok bisa-bisanya ia malah bikin puisi di sini? Sebegitunya menggebu dan bertubi-tubi untuk berkarya dan menulis?”

Hormat untuk siapapun yang masih mau belajar, hormat untuk siapapun yang belajar lewat menulis dan tulisan.

Supaya nggak hilang akan makna belajar itu sendiri, puisinya gua tulis di sini:

 

-(puisi tanpa judul, penulisnya tanpa mau menyebutkan namanya).

 

Hai, Non. Boleh aku ramal?

Aku ramal Kamu sudah jatuh cinta lagi

Tepat setelah langkah kakimu

Pergi meninggalkanku di bunuh sepi.  

 

Hai, Non. Boleh aku ramal?

Aku ramal sekarang tawamu begitu tulus

Jauh berbeda waktu ketika denganku

Tawamu adalah tipu.


Hai, Non. Boleh aku ramal?

Aku ramal kamu sekarang sudah sangat bahagia

Dan aku masih saja gagal melupakan kita

Kita pernah ada di masa lalu

Kita yang pernah ada dalam ingatanmu

Kita yang pernah hampir

Lalu usai di tengah perjalanan.

 

Hai, Non. Aku tidak ingin meramal

Aku hanya ingin bertanya,

Siapa pemilik rindumu sekarang?

Siapa yang giat kamu ucapkan selamat pagi?

Siapa yang kamu sebut namanya dalam semogamu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar