Romantis
Suatu hari, kamar ramai aja. Ya, meskipun setiap hari perihal ramai nggak bisa dihindari dan macam-macam, seenggaknya ini cukup mengganggu, mungkin juga penasaran.
Perihal apapun yang terdengar, diantar gelombang infrasonik pada
telinga-telinga yang merindukan adzan maghrib. Meski dirasa cukup rendah, jika
berkali-kali dan terulang? Mungkin ada peluang.
Udah menjadi kebiasaan, media sosial selalu menimbulkan obsesi yang
berlebih bagi sebagian orang. Terutama pada abang-abang kamar yang mendapatkan
kewenangan dan fasilitas hp di sela tanggungan kerjanya. Tiba-tiba aja manusia
pemakan jagung itu berceracau dengan berkala.
“Kita bikin romantis!”
“Kita bikin romantis!”
“Kita bikin romantis!”
Gua tau, nggak mungkin sebuah lagu hanya berisi 3 patah kata aja. Lah tapi
tuh orang, itu aja yang dinyanyiin. Nggak hafal atau gimana, entahlah. Gua tau
perihal Edgar Dale’s perihal Cone of Learning, bahwa kita hanya
bisa mengingat 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari
yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucap,
90% dari yang kita ucapkan dan lakukan.
Meskipun serendah itu, tetap aja, setiap hal yang berulang pasti akan
membekas. Sejujurnya, gua nggak tau perihal lagu itu, apa judulnya dan siapa
yang nyanyi. Hanya tau, bahwa lagu itu sering kali dijadikan backsound
konten-konten bucin.
Gua yang sedang menghadap layar, tentu nggak mau menyia-nyiakan waktu untuk
menjeda sejenak, membelokkan sedikit ketikan keyboard ke youtube dan mulai men-search
dari kata kunci tunggal yang terus ia ulang: kita bikin romantis! kita bikin
romantis! kita bikin romantis!
Penelusuran langsung keluar, ternyata sebuah lagu dari MALIQ &
D’Essentials yang judulnya memang “kita bikin romantis”. Tentunya banyak konten
yang berkenaan dengan lagu itu, meski hanya sebuah cover-cover dari channel
yang beragam. Buat channel MALIQ & D’Essentials sendiri, ada 2 vidio:
official lyric dan storylizer. Gua pilih yang storylizer.
Detik-detik itu berpetik, musik itu diputar: gua nyimak. Vidio yang
berdurasi 4 menit 2 detik karya A MAD HAUS Production itu bikin gua aneh, merasa
jijik dengan diri sendiri. Ternyata lagu yang diputar di sana, diiringi dengan
slide cuplikan-cuplikan story kata-kata dari orang banyak yang nggak gua kenal,
tapi serasa pengen akrab.
Termenung di detik awal.
Terpukau di detik dua.
Terharu di detik selanjutnya.
Terus malah berkaca-kaca.
“Gua apaan, sih?!”
Lalu, hal itu menuntut untuk mengingkari sisi perasaan dengan klaim diri
sendiri: gua yang menjijikan. Tapi bagaimanapun, semua ditenangkan dengan
kalimat di slide akhir vidio yang memeluk.
“Terkadang perhatian kecil untuk membuat hari
seseorang lebih baik, -menjadi hal yang paling dibutuhkan. Karena kebahagian
sejati seringkali ditemukan dalam sebuah kesederhanaan. “
Setelah berpanjang jeda dan halu di ujung malam seperti ini, gua jadi ingat
sesuatu. Sesuatu yang sangat ingin gua tulis.
Sangat membenarkan kalimat di atas, terkadang memang seperti itu dan
seharusnya. Begitu terasa. Sejatinya kita memang nggak begitu perlu untuk
hal-hal mewah dan besar. Kita harus mengulik dan memikirkan kembali perihal
itu, kadang hal-hal sederhana aja udah cukup buat kita bahagia. Dan malah hal
itu yang membekas dan begitu kita butuhkan.
Ya, meski hanya sebuah perhatian di sebaris ucapan, meski hanya sebaris
ucapan yang terhalang jarak dan kesempatan untuk mengatakan langsung dan
berhadap: pada kolom chat.
“Ada yang bisa aku bantu?”
“Aku beliin kamu oleh-oleh!”
“Kesehatannya dijaga!”
“Semangat!”
Dan kalimat-kalimat lainnya yang sangat ingin gua balas lebih dari hanya
ucapan terima kasih, nggak hanya ucapan.
Ternyata, segala hal yang diberikan oleh orang yang sangat berarti, membuat
apapun menjadi berarti.
Kita hanya membutuhkan orang itu.
Sungguh-sungguh.
Benar-benar.
Selalu.
Komentar
Posting Komentar