Ngabuburit
Mengingat Ramadhan adalah anugerah berupa pemberian kesempatan, jangan disia-siakan. Tentu harus ada persiapan dan bekal untuk menjalaninya. Maka dari itu, dengan menimbang telah liburnya Madrasah Qiroatil Qur’an, Madrasah Diniyah, dan Kampus, sebisa mungkin gua harus tetap gerak dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Tetap produktif, edukatif, dan normatif.
Mulai sedari
sahur, waktu itu gua petakan untuk diisi dengan berbagai kegiatan yang relevan
dan efektif untuk dilakukan. Tentunya ada unsur duniawi dan ukhrowi, kerja dan
ibadah, kegiatan dan istirahat, sosial dan individual. Poin-poin yang dijadikan
tujuan pencapaian tetap diperhatikan dan dipantau ketat.
Hingga, tepat
di saat kondisi badan dan pusingnya kepala yang mungkin efek kaget jadwal yang
militer dengan perut kosong nter-nter, gua benar-benar ‘terpaksa’
tergeletak di sore yang semakin larut. Di tetes keringat,
muntah angin yang kesekian. Mungkin meriang.
Entah, perut
nggak bisa bohong bahwa lapar adalah lapar. Tubuh menuntut haknya. Gua
terbangun di 15 menit sebelum adzan maghrib. Betapa repotnya karena jadwal
perpiketan konsumsi duniawi belum aktif, dengan cukup sempoyongan, gua bersiap
jaket dan tetap berpeluk cinta roda onthel untuk mencari menu berbuka puasa.
Baru sampai
jalan besar depan, adzan maghrib udah terdengar. Sedangkan gua harus ke ATM,
ngantri, dan pundi-pundi. Tujuan selanjutnya, inti dan utama: tukang es teh!
Original dan jumbo.
“Apa kaitannya
tenggorokan dengan kepala?” Bingung gua setelah teguk tenggak es teh itu
meredam dan membungkam
pusing.
Untuk makan,
dengan menimbang jika bawa bungkus makanan ke kamar, pasti yang lain udah pada
makan dan gua tetap akan makan sendirian: mending sekali-kali makan, buka puasa
di luar!
Nggak
jauh-jauh, gua singgah di rumah makan tepat samping kios es teh. Mengenai gua
memilih tempat itu, pertama karena dekat dan efisiensi waktu. Kedua, karena
penasaran gua belum pernah makan di situ. Ketiga, karena bingung: tempat itu
begitu sepi.
Gua masuk,
pesan, tunggu, dan makan.
Sedari dulu gua
bingung, hal apa yang menjamin suatu produk agensi dan institusi itu bisa ramai dan laris? Mungkin, pikir gua adalah soal kualitas.
Entah dari rasa, harga, porsi, tempat, ataupun pelayanan. Tapi, dengan gua
makan di tempat itu, persepsi awal gua terpatahkan.
Bisa-bisanya
kok rumah makan itu sepi? Dari segi rasa, penyet ayam beserta sambal, lalap,
nasi, dan es teh nya enak. Bahkan, cukup di atas standard. Harga sangat amat
terjangkau, cukup 15 ribu untuk kesemuanya. Berbanding jauh dengan
kebanyakan lapak lamongan yang sudah di atas harga 20 ribu. Porsi, bagi gua
yang puasa sampai sempoyongan, malahan hampir
menyerah di suapan-suapan akhir. Tempat cukup luas, nyaman, bersih, dan jangan
lupakan tisu yang banyak diremehkan marketing! Lalu untuk pelayanannya, sangat memuaskan.
Cukup cepat dan ramah. Di satu sisi, tanpa diduga, ternyata pelayan warung
makan itu adalah seorang perempuan bercadar yang gua tebak udah ibu-ibu. Haha,
nebak aja.
Tapi, anehnya
kok bisa sepi? Padahal juga, rumah makan itu masih bagian deret lapak dan kios
makan minum jajan yang cukup
terbilang ramai. Apalagi juga bertempat di sebelah pas kios es teh yang sangat
amat selalu ramai. Seenggaknya, jika belum berniat membeli, mereka bisa lihat
dan cukup tau bahwa ada rumah makan itu. Masih masuk ke dalam aspek
pengiklanan.
Sampai akhir,
selesainya gua makan, tempat itu masih belum ada pelanggan lain yang datang.
Sedari awal datang dan makan, kebingungan ini belum tuntas juga. Hingga, gua
mendapat kesimpulan sementara bahwa industri itu perlunya mendapat kepercayaan
konsumen. Itu mengapa dengan faktor memprioritaskan kualitas dan kepuasan
konsumen, industri itu bisa ramai dengan kembalinya konsumen lama dengan
membawa konsumen baru. Dakwah lisan, informasi media lisan itu cukup efektif.
Satu hal,
perihal rumah makan itu: butuhnya orang memulai dan mencoba! Ketika orang sudah
tau akan kualitas rumah makan itu, ramai dan laris akan datang sendiri dengan
perkembangannya.
Coba deh datang
ke Sego Sambel Juwara di jalan Penanggungan No. 16,
Kel. Bandar Lor, Kec.
Mojoroto, Kab. Kediri, Prov,
Jawa Timur. Menu di sana disajikan cukup lengkap. Nggak hanya ayam, ada juga nila,
udang, lele, jamur, ati ampela, usus, telur dadar, tahu/tempe, juga nasi
goreng. Juga macam
varian sambal yang ditawarkan menjamin cocok bagi selera pedasnya
masing-masing. Buat minum, jangan takut kehausan. Mau minum apa juga ada di
sana. Ya, selagi
emang ada.
Pokoknya
recommended banget deh!
Btw, ini bukan
endorsement dan nggak ada unsur kalkulatif.
Ini hanya bentuk rating salah satu pelanggannya aja.
Kebetulan,
pelanggannya seorang penulis!
Komentar
Posting Komentar