Lintas
Ngonthel manivestasi dari usaha mengenal diri sendiri.
Siapa kita yang harus mengenal panas kota, lelah badan, dan putar roda
untuk yang kesekian? Seberapa jauh kita pada ego diri, mengecap dan mengenyam.
Hidup memang seperti itu: menghadap dan menghidup.
Tapi, tak hanya tentang kita, sadar sekitar juga merupakan unsur mengenal
diri sendiri. Orang dan interaksi, value diri akan terlihat untuk diam dan
gerak kita: makna hening atau serpih pecahan kata.
Bagaimanapun, setiap jengkal tanah dan hirup atau hembus nafas adalah
sekolah. Tempat belajar. Semakin luas, semakin banyak. Kembali ke kita, mau
atau tidak?
Belajarnya kita dari teguh tukang parkir, teduh para pedagang, lusuh
pengemis, riuh pasar, tumbuh kampus, luruh basuh anak-anak bermain air, angkuh
gedung tinggi-meninggi.
Atau juga pada peranan itu: harap yang gaduh, tawa yang acuh, semangat yang
runtuh, air mata yang jatuh, jiwa yang rapuh, juga tentang cinta-cinta yang tak
utuh. Ya, setiap orang punya cara tersendiri untuk meluapkan peluh dan keluh.
Komentar
Posting Komentar