Ember

Dalam segala hal, sudah sepatutnya kita berusaha, berikhtiar. Karena memang seperti itu konsep dan alurnya hidup: ikhtiar, do’a, dan tawakal. Kita terlepas dari 3 hal itu. Harus lengkap, dan lengkap nggak boleh adanya berkurang salah satu darinya.

Kali ini, gua pengen ngebahas ikhtiar usaha itu sendiri.

Betapa penting dan perlu diperhatikannya usaha dalam setiap tuju gerak kita. Betapa serius, mungkin perlunya gua menyatir dalil lain biar lu percaya: bahwa usaha itu penting.

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh apa pun selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm ayat 39).

Udah satu aja.

Sisanya cari sendiri: usaha!

Betapa pentingnya usaha dan gerak ini, karena memang menjadi step awal dari 3 susunan step yang ada. Sebelum ke do’a dan tawakal, kita harus berikhtiar terlebih dahulu. Dan betapa seringnya, kita begitu lemah di step awal ini. Malah lemah sedari step awal ini. Seringnya kita untuk menyicip kegagalan satu ke kegagalan lainnya. Hingga, nggak hanya menyicip, malah sampai ada yang mengunyah, menelan, dan kenyang. Karena saking seringnya.

Sebenarnya cukup sederhana pembahasan ini. Hanya saputar, bagaimana menjalani dan menapaki usaha yang ideal agar bisa sukses untuk menjalani dan menapaki step berikutnya. Dan, usaha yang ideal dan bisa dikatakan sukses itu ketika kita mampu melewati segala hambatan dari usaha itu sendiri.

Untuk itu, emang hambatan apa yang harus kita hadapi dan lewati dalam usaha? Apa saja? Harus bagaimana?

Kadar minimal untuk usaha yang sukses, seenggaknya kita harus punya tujuan yang ingin dicapai dari usaha itu. Dan tujuan, harus dirancang. Salah satu bentuk rancang, dengan serius dan fokusnya kita akan rundown jadwal sehari-hari. Kita harus tau, apa yang akan kita lakukan sedari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Jika ada jadwal yang kosong, tetap harus dipikirkan dan isi. Lalu, jika ada jadwal yang kondisional, hingga harus bertabrakan dan bentur suatu kegiatan yang mendadak, kita harus bertanggung jawab atas jadwal kegiatan yang tergeser. Dan itu semua, adalah hal minimal.

Dari sekian cobaan atau hal-hal yang dapat dan sering merusak runtut jadwal, itu banyak. Bisa dari jam tidur, pola pengeluaran uang, juga teman dan lingkungan. Belum lagi soal mood dan kesehatan. Gua nggak mau ngebahas panjang soal ini. Karena diri setiap orang berbeda. Karena hanya diri sendiri yang paling paham akan pribadinya. Jadi, lihatlah diri kita dan coba sesuaikan dengan hal di atas yang terbahas!

Tapi, yang paling penting: usaha yang lebih, pasti mendapat hasil yang lebih!

Percaya?

Contoh gampangnya gini: sebagaimana ada 2 orang kuli air. Yang satunya kerja dengan satu ember, yang satunya dengan 2 ember. Di jam kerja yang sama, sekilas orang yang dengan satu ember terkesan lebih ringan dan mudah. Sebaliknya, orang yang dengan dua ember pasti lebih berat dan sulit. Pasti capek. Dengan jam kerja satu hari hanya perlu mengangkat air dengan satu kali angkut, pasti akan terlihat hasil yang jauh berbeda di satu bulan awal mereka kerja. Karena usaha mereka berbeda. Dan usaha yang lebih, pasti dapat hasil yang lebih. Pasti orang yang kerja dengan dua ember, meski capek, pasti dapat hasil kumpul air yang lebih banyak. Dengan itu, capek di awal akan terbayar manis dengan hasil di akhir.

“Tapi kan capek!”

“Tapi kan capek!”

“Tapi kan capek!” Timpal seseorang, mungkin.

Mudah saja,

“Sukses kok butuh tapi?”

“Sukses kok nggak mau capek?”

“Sukses mana yang nggak capek?  

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar