Kado
“Selamat ulang tahun!”
“Terima kasih.”
*
Ulang tahun adalah mengulang tahun kelahiran. Dengan begitu, sebisa mungkin
atau bahkan harus, ulang tahun harus disertai dengan hal-hal yang
membahagiakan. Sebahagia saat menyambut kelahiran itu sendiri.
Seperti yang sudah-sudah, kita hanya mengenal ulang tahun sebagai perayaan
suka cita, kado, ucap, juga senyum-senyum yang merekah. Kebanyakan, ya memang begitu.
Jika sekalipun ada beda, pasti hanya tentang cara bahasa pengucapan, isi kado
dan cara pemberian, juga tinggi rendah gelak ramai kebahagiaan.
Sebenarnya apa sih esensi terpendam dan terdalam dari ulang tahun?
Jika kita sebagai orang yang berada di posisi peraya dari orang yang ulang
tahun, tentu sempit: hanya sebatas orang yang berusaha menciptakan dan
mengiringi bahagia itu. Entah bahagia untuk orangnya atau juga harinya. Maka
adanya ucap, kado, dan bentuk sikap yang berbeda itu hanya sebagai pendukung
dan penyokong sisi ‘ikut bahagia’-nya si orang yang ulang tahun. Maka akan
timbul care dan sisi pengakuan bahwa kita adalah teman, keluarga, atau siapapun
yang menjadi orang tersayang. Udah, hanya itu.
Lalu, bagi orang yang ulang tahun? Ini yang menjadi subjek inti atas
pembahasan. Adanya kata ulang tahun dan hal-hal yang mendukung kebahagiaan itu
memang karenya, karena ia berulang tahun di tanggal ia dilahirkan.
Kadang hal ini yang sering terlupakan oleh orang yang ulang tahun, atau
malah tidak tau, sama sekali: bagaimana cara orang yang ulang tahun menyikapi
keulang tahunannya?
Sudah menjadi ketetapan, bahwa setiap orang sudah ada porsi takdirnya
masing-masing. Termasuk takdir umur, sudah ditentukan. Semakin ke sini dan semakin
bertambahnya umur, hakikatnya umur itu semakin berkurang: karena semakin dekat
kita pada porsi takdir umur: sampai batas dan mati. Dengan itu, sudah
seharusnya kita sedih atas kesadaran dan kenyataan ini. Maka, tentunya untuk
terus ingat dan persiapan.
Orang kadang tak sampai ke sini jalan pikirnya, senang yang banyak jadi
lupa sedih yang sedikit. Sedikit tapi begitu dalam.
Tapi, apa berarti kita harus sedih untuk ini?
Hal itu memang penting, perlu diperhatikan. Jika tetap bisa bahagia untuk
sadar dan ingat mati, kenapa harus bersedih-sedih? Ya dengan bahagia, dan ini
tingkat tertinggi. Tetap bisa dan boleh bagi orang yang ulang tahun untuk
bahagia dari raya hari kelahiran dan sikap orang-orang. Untuk diri sendiri,
berbahagialah dengan syukur yang penuh karena masih diberi umur: masih diberi
kesempatan untuk beribadah dan berbuat baik.
Dengan begitu kita tetap bisa menghargai segala usaha orang tanpa
meninggalkan hal-hal keakhiratan. Mengena, cukup untuk lingkup hablu minannas
dan hablu minallah. Tentu ada unsur ibadah dalam syukur. Semoga Allah ridho.
Semoga diberikan kebaikan dan keteguhan untuk terus berbuat baik di umur ini
dan selanjutnya.
Sekali lagi, selamat ulang tahun.
Teruslah mengingat sadar, bersyukur, dan berbuat baik.
Dan jangan lupa: berbahagialah!
Komentar
Posting Komentar