Karat

Di suatu hal, begitunya kita yang otokratif.

Terlalu atau mungkin selalu, apa-apa menempatkan orang lain pada porsi kita. Memandang hanya dari sisi kacamata pribadi.

Meski kita nggak kuasa atas pertanyaan dan pernyataan, namun setidaknya boleh-boleh saja memiliki pandangan.

Memang, kebenaran itu absolut. Tapi, bukannya kebaikan adalah sesuatu yang abstrak? Relatif?

Dalam konfidensi atas kredibel diri dalam menilai dan berpandangan: mungkin bukan objeknya yang kotor, bisa jadi kacamata kita yang kotor!

Itu kenapa, semua terlihat buram dan mengenaskan.

Bersih objek terhalang kotor kacamata kita. Hingga otak mengira, memang nggak ada yang lebih bersih dari pada diri kita sendiri.

Bodohnya, lisan yang ikut dan sudah tercemar ini, nggak mampu menahan. Begitu gatal untuk nggak berceloteh dan koar-koar, bahwa orang lain lebih buruk dan kotor.

Dengan ini, lantas apa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dosa

Dompet