Sandal

Masjid adalah ruang nyaman yang menjanjikan ketenangan dengan pasti. Harap sembah keluh kesah setiap makhluk pada tuhannya. Siapa yang mampu mereda gundah gulana ini? Ya Tuhan, kami makhlukmu yang tiada daya upaya!

Gua kira air wudhu lebih dari cukup atas sekelumit, setetes tenang dari sempit hati. Menghapus sisa debu kusam kotor jalan, juga rasa hampir menyerah pada getir hidup. Menghirup udara lain di tempat yang jauh dari asal, pemandangan itu justru menyejukkan.

Di antara rebah lelap orang-orang yang mengungsi di rumahmu, Tuhan, lelah nggak bisa dipungkiri. Di tengah malam, di sudut tiang pelataran masjid, seorang ibu berniat menunaikan lelah badannya dengan berbantal jaket yang dilipat. Kepala itu sudah menyentuh sempurna pada jaket yang sukarela untuk lelah Sang Ibu. Lantai keramik telah siap untuk kaku-kaku tulang punggung. Layu.

Hampir saja ia menjemput mimpi indahnya dalam lelap, Sang Anak malah menangis. Badannya kembari bergerak, terduduk, menggendong Sang Anak. Apapun pembelaan tentang kasih sayang seorang ibu pada anak, nggak begitu berarti. Lihat saja! Warna kantong mata itu nggak bisa dibohongi.

Andai setiap anak yang ditakdirkan hidup di muka bumi ini masih mengingat bagaimana perjuangan seorang ibu yang rela mengorbankan waktu tidur dan paksa gerak sendi tulang lelahnya untuk tangis anaknya di waktu kecil dulu. Untuk jerit perih rasanya melahirkan. Apakah masih tega untuk melawan atau menolak remeh ungkapan, “Nak, tolong belikan ibu garam di warung?!”

Andai kau membabu padanya sampai matimu pun itu semua nggak akan bisa membalas apa yang sudah ia berikan padamu. Segalanya.

Semoga kau sehat, Ibu. Diberikan kemudahan, kesenangan, dan ketenangan dunia akhirat.

Do’akan kami.

Ridhoi kami.

Rabbighfirli wa liwalidaya warhamhuma kama rabbayani shagira.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dosa

Dompet