Lolipop

Terkadang hidup menampilkan sisi lucunya tersendiri. Sekian luasnya kata hidup, lucu bisa mudah meledak dan berserakan menjadi partikel kecil yang tanpa dipinta, kita terjegal di salah satu partikel kecil krikil kelucuan itu. Dan baru-baru aja gua kejegal 2 kerikil.

Tentu imbasnya ke kamar. Kamar gua jadi ramai banget. Emang yang namanya kamar nggak pernah sepi, tapi akhir-akhir ini jadi lebih ramai. Penuh gelak.

Kamar yang diisi oleh setiap orang tanpa adanya pandang fisik dan latar belakang, generation gap begitu terasa. Tapi, bukannya saling renggang karena perbedaan dan ketidaksamaan, jatuhnya malah saling mengisi dan melengkapi. Dan bercanda, menyasar hampir di setiap topik pembicaraan. Apapun.

Pertama tentang kerikil dari abang-abang semester atas, sepulangnya mereka dari KKN. Selain hasil proker dan produk per-UMKM-an, cerita adalah oleh-oleh inti. Kebetulan di kamar ada 3 abang-abang yang KKN dengan tempat pos-nya yang berbeda. Mereka saling berbagi cerita pengalaman, kami menanggapi dengan seling candaan.

Mereka bercerita tentang bagaimana sistem KKN, tentang segala agenda dan kultur masyarakatnya yang berbeda, lingkup anggota kelompok dengan segala keseruannya, dan apapun yang mereka lakukan di sana.

Terus kita yang semester bawah tentu mencerca dengan segala pertanyaan dan penasaran. Tanya inilah, tanya itulah. Sampai puas. Tapi, semakin dicerca, abang-abang KKN itu malah semakin senang. Cerita tambah meluas dan mendalam. Dengan ucapan yang persuasif dan wajah yang ekspresif, mereka bercerita tentang pengabdian masyarakat dengan memajukan ekonomi dan UMKM-nya. Andilnya mereka pada fokus pendidikan dengan berhasil menghidupkan kembali sebuah sekolah dan sekaligus menjadi guru di sana. Sosiobudaya pun nggak luput dari perhatian, nyatanya pagelaran wayang yang menjadi sisi lain masyarakat itu sukses dilaksanakan seiring dengan tegak stand-stand bazar yang ikut memeriahkan.

Beruntungnya mereka yang KKN dengan bertepatan pada hari kemerdekaan. Tentu itu adalah momen berharga untuk meraih simpati dan berbagi kebehagiaan dengan berbagai perlombaan yang diadakan. Pahlawanlah mereka di mata anak-anak desa sana.

Kami begitu tersihir akan hal itu. Apalagi mereka juga menceritakan dengan narasi dan dialog yang lengkap, yang nggak bisa ditulis di sini. Gua dan serumpun yang lain, planga-plongo terkesima. Keliatan banget bloon-nya.

“Eh, tapi pada cium bau nggak, sih?” Tanya gua menyela. Cerita terjeda.

“Bau apaan?” Ucap lainnya. Gua jadi sasaran tuju pandangan mereka semua.

“Bau-bau cinlok!” Celetuk gua dengan pd-nya. Tetap memegang kuat dialog penokohan.

Mereka tergelak. Cerita dibanting, beralih membahasa percinlokan abang-abang KKN yang uwuuuw.

“Bang, sini. Lihat, deh!” Panggil salah satu dari 3 narasumber, motivator, mentor KKN itu. Gua yang dipanggil, mendekat. Ia mengeluarkan hp dan gua dispill semua. SEMUA! Foto dan video sedari awal sampai tuh dia pada pulang dari KKN. Mata gua silau.

Untuk yang ini, gimana ya. Dengan kenyataannya mata gua ternodai oleh perilaku manusia merangkak dewasa dan perasamaraannya lewat foto dan video itu, gua nggak bisa berkata banyak. Hanya berusaha menjadi pendengar yang baik dengan sadar akan tujuan inti seorang pendengar yang hanya mendengarkan.

Dan untuk soal bayang-bayang dan dorongan, tentu ada. Seolah hal ini lupa tersampaikan oleh penulis buku kisah surga anak-anak SD. Sebegitu indahnya, kah? No coment lah. Skip-skip.

Kerikil kedua datang dari adik-adik. Bagaimana nggak? Mereka cama-cami unyu-unyu! Tentu pusat pembahasan satu: opak.

Nah, kalau soal ini, gua dan yang sekiranya sudah menempuh semester 3 bisa keliatan pintarnya. Bisa nutar-nutor kiat-kiat sukses opak lewat pendekatan empiris. Yoi. Berusaha sedikit meredam ketar-ketir mereka.

Dibanding dengan abang-abang KKN, adik-adik opak justru sedikit lebih banyak dengan 4 personil. Sedari awal, mereka bertanya apa itu opak, ngapain aja, harus bagaimana, dan bla..bla..lainnya. Kita-kita cengar-cengir aja lihat wajah polos cama-cami. Lalu, semakin dekat, pembahasan bergeser sedikit ke atribut. Hingga, hari yang ditunggu-tunggu itu tiba: yaumul opak!

Untuk hal ini, gua nggak akan ngungkit ataupun membanding-bandingi dengan menampilkan gambaran gua opak dulu, opak yang sama sekali nggak ada gregetnya dan berlebihan. Sengaja terkubur, nggak akan gua angkat. Janji.

Akhirnya dengan melihat perkembangan cama-cami dari hari ke hari, berangkat pagi pulang sore, pembahasan seputar opak masih menjadi topik utama yang disampaikan oleh manusia-manusia kurus kering, muka dekil, jidat belang itu. Pembahasan nggak jauh tentang nuansa anggota kelompok, penugasan, dan huru-hara panitia. Kita mengenalnya drama.

“Gimana opaknya? Ada yang cakep, nggak?” Tanya gua di masa habis opak, pada tempat dan waktu yang memungkinkan. Saat euforia mereda. Biar kesannya care aja. Maklum kating.

Sebelum dilanjut, gua mau sedikit klarifikasi tentang pertanyaan gua di tulisan ini yang kesannya melulu percintaan dan geli. Emang gua sengaja mau mengangkat sisi percintaan dari 2 kejadian manis waktu ngampus; KKN dan opak. Dan kebetulan dapat momen yang pas. Tertulislah.

Lanjut. Seorang anak yang bisa dipanggil pentol ini malah cengar-cengir. Pembahasannya ia runtut bercerita. Gua kembali menjadi pendengar yang baik.

Hingga, ia bercerita tentang dirinya yang dielu kelompok karena saking aktifisnya. Sampai ia mulai menjadi objek menaruh perhatian teman-teman perempuan kelompoknya, katanya. Haha.

Puncaknya, di hari akhir yaumul opak dengan segala sorak sorainya, ia bisa dapat kesempatan berfoto dengan mantan, seseorang yang masih ia harap cintanya. Perempuan spesial yang ia kenal saat masih duduk di bangku SMA itu ternyata memilih kampus yang sama dengannya, hanya beda fakultas saja.

Si Pentol bercerita tentang betapa sulitnya ia mencari pujannya ini di hari akhir, di tengah lautan cama-cami yang mukanya hampir mirip semua. Hingga, perjuangannya berbalas, ia menemukannya, menghampirinya, mengajak foto dan mau. Betapa bahagianya ia, tapi sayang nggak jaburan. Yah. Meski begitu, ia tetap pada hati yang berbungah-bungah. Muaaah. Haha.

Nggak banyak yang bisa dibagikan, cari poinnya sendiri. Gua hanya berusaha mencari bahagia dari hal-hal yang sederhana.

Meskipun nanti, waktunya ngeluh mah ya ngeluh!

Fiuh.

 

 

 

*Opak=orientasi pengenalan akademis kampus. Serupa dengan ospek atau pbak.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dompet

Dosa