Besi
Dalam hidup, tentu nggak bisa dipungkiri tentang segala beban. Itu kenapa manusia diciptakan hati dan otak, juga pundak-pundak dan punggung.
Capek pasti
ada. Malas pasti ada. Gagal pasti ada. Tapi terkadang, saat berada di posisi
seperti itu; terpuruk, sulit rasanya untuk bangkit lagi. Di satu sisi, pada
suatu waktu, pasti ada aja dari keadaan hati, kondisi badan, omong orang,
hingga takdir yang nggak memihak membuat kita jatuh, tergeletak, terinjak,
hancur, lebur dalam ketidakberdayaan. Payah. Menyerah.
Gua nggak
bisa untuk berusaha dan jadi alasan lu buat semangat. Emang gua siapa? Gua aja
kadang sering ngalamin gitu. Sering terpuruk, masih buruk.
Tapi, ada
yang perlu lu tau, siapa sebenarnya yang dimaksud dengan manusia. Bukankah
Allah telah membanggakan manusia dihadapan malaikat yang meragukan bahwasanya
kita adalah khalifatu fil ardh? Kita pemimpin! Apa sepatutnya seorang
pemimpin itu lemah?
“Aku takut
gagal!”
“Aku tidak
percaya diri!”
Soe Hok Gie,
seorang aktivis Fakultas Sastra UI, pernah berkata, “Hidup adalah keberanian
menghadapi tanda tanya!” Jangan pernah bilang takut! Kita hidup adalah tanda
keberanian. Semua orang hidup adalah orang-orang berani. Apa yang harus
ditakutkan bagi orang yang benar-benar berani? Kita hanya tinggal mencari
jawaban dari hadap tanda tanya. Dan ingat, nggak ada satu pun orang yang berhak
menilai atas jawaban yang kita ajukan, kita temukan.
Lalu,
ditambah gelora semangat sebuah ucapan bijak bestari Universitas Al-Azhar
Indonesia yang mengutip dari Buya Hamka, “Jangan takut jatuh, karena yang tidak
pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang
tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan
takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah
pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.”
Untuk soal
nggak percaya diri, apa yang harus nggak dipercaya diriin? Bukannya nggak
percaya diri disebabkan dari merasa ketidakmampuan untuk serupa dengan orang
lain?
Ada yang
perlu lu tau, sehebat apapun ikan dalam berenang jika dilihat dari kaca mata
burung, ikan akan terlihat bodoh. Sekuat apapun burung dalam terbang, jika
dilihat dari kaca mata singa, burung akan terlihat bodoh. Setangguh apapun
singa dalam berlari, jika dilihat dari kaca mata semut, singa akan terlihat
bodoh.
Maksudnya
apa? Tanpa memandang kekurangan, kita semua punya kelebihan masing-masing.
Untuk apa hebat dengan menjadi orang lain, sedangkan kita bisa hebat dengan
diri kita sendiri? Kita punya hebat masing-masing! Kita hebat dengan cara
masing-masing!
Jadi, ayolah
ubah mindsetnya! Hilangkan segala putus asa, minder, atau apapun yang menyiksa
pikiran dan perasaan dengan beban yang seharusnya nggak perlu.
Layukalifullahu nafsan illa wus’aha.
Gua tau, lu
mampu.
Kita mampu.
Komentar
Posting Komentar