Batu

Suatu hari, gua sedikit tergelak mendengar ucapan seseorang.

“Telu jenis wong sing angel dikandani: wong marah, wong jatuh cinta, wong kesel.” (jawa, red).

Mungkin yang terakhir, wong kesel dimaksudkan bercanda. Karena ia memang sedang membercandai seseorang di sampingnya yang memang kepala batu untuk menerima masukan nasihat, kebetulan juga orang itu termasuk ke dalam golongan orang tercapek sepondok: plp. Jadi wajar susah dinasehati.

Untuk sisanya, yang termasuk dari tiga jenis orang yang sulit dinasehati: orang marah dan orang jatuh cinta. Gua cukup menerima itu.

Orang marah, tentu sulit dinasehati. Bagaimana orang yang marah adalah orang yang terbakar emosi. Bagai api, sulit meski hanya sekedar didekati. Semua akan terbakar. Sekalipun kita telah berusaha menjadi air dan mendekatinya, kalau memang api itu terlalu besar, padam nggak, malah air iu yang terbawa didih panas. Sulit....Sulit…

Terus bagaimana mengahadapinya? Jalan keluar akan persoalan ini? Kalau kita dirasa nggak mampu untuk menjadi banyak air dan mampu membandingi, ya janganlah menyerahkan diri menjadi bahan bakar kobar api itu. Biarkan ia padam dengan sendirinya. Biarkan ia sendiri. Meluapkannya dalam kesendirian.

Lalu orang yang jatuh cinta, nggak ada bedanya dengan orang marah. Sama-sama dorongan hati, inti pusat manusia. Sama-sama dorongan yang bisa dibuat baik atau buruk tujuan akhirnya. Mungkin ada beberapa orang yang perlu dinasehati saat jatuh cinta. Dari sifat, sikap, ucap yang memang sekiranya melenceng dari kata baik, perlu kita nasehati. Pernyataan cinta itu buta dan bodoh, nggak jauh beda.

Dan biasanya kalau emang udah terlanjur bucin, sampai parah dan kronis, wah! Gua saranin mendingan lu jangan sekali-sekali berani nyenggol orang kayak gitu. Jangan dinasehati, cukup dengarin dan kata “oh”, “iya”, “wih”, untuk semua cerita curhatnya. Setelah itu, lu tungguin aja. Kalau ternyata emang tuh orang benar-benar jodoh, ya syukur. Berarti nggak sia-sia berisik dan perjuangan dia. Kita sebagai teman, ikut senang.

Atau nggak, ya…

“Kamu kenapa jahat banget sih sama aku, Mai! Aku kurang apa? Kenapa kamu ninggalin aku? Aku masih sayang banget sama kamu! Hiks..hiks..hiks…”

Uweeek.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik

Dompet

Dosa