Termometer

Nggak ada kata enak saat sakit. Nggak bisa apa-apa. Cuma rebahan selimutan, lihat orang-orang yang mondar-mandir dengan sibuknya masing-masing. Apapun jadi nggak berguna saat itu. Jangankan uang, sehebat apapun chef, tetap aja di lidah rasa masakannya tetap pahit. Hanya ingin sehat.

Sebelum seambruk ini, justru gua merasa tertampar waktu ngaji adabu ad-dunya wa ad-diin, ba’da jum’at yang diisi Gus Reza. Beliau bilang, “Biasanya saat sakit, orang itu jadi mudah ingat Allah. Ingat dosa. Ingat mati. Menyesali segala hal buruk yang sudah dilakukan, hal-hal yang waktu sehat kadang dilupakan.”

Emang benar, hal itu gua rasakan. Kadang hikmahnya ngaji tuh kayak gini; terjawab persoalan diri. Dengan begitu, bukannya Allah butuh diingat hambanya. Allah nggak butuh itu. Hanya saja, gua anggap, Allah masih sayang dengan mengingatkan gua sebagai makhluk dan dosa-dosa yang dilakukan.

Terus gua malah jadi ingat suatu keterangan di kitab Ushfuriyah karangan Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfuri, tentang bahwasanya orang sakit itu dicabut 4 perkara;

1.      Kekuatannya.

2.      Aura wajahnya.

3.      Nafsu makannya.

4.      Dan dosanya.

Tentu perkara yang tiga awal itu sudah pasti dicabut. Untuk yang nomer empat, dosa bisa dicabut jika kita ikhlas atas sakit yang diberikan.

Kadang emang dalam posisi seperti ini, kita bisa aja nggak ikhlas, ngeluh, nyalahin Allah kenapa diberi sakit yang padahal masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Kadang gua juga mikir gitu.

Tetapi sebagai hamba, tentu harus tau diri. Tentu harus husnudzon. Allah lebih tau tentang hambanya.

Gua jadi mikir, mungkin dengan sakit ini, Allah nyuruh gua untuk istirahat, persiapan untuk padatnya urusan lain yang akan datang.

Lagi pula untuk menepis segala ngeluh dan berprasangka buruk pada Allah, gua mikir tentang sehat dan sakit. Jadi bandingin sehat dan sakit. Hanya gara-gara sakit yang bisa dihitung hari ini, kita malah ngeluh. Tapi, kita nggak pernah mikir bahwa Allah udah ngasih sehat berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan yang pikir nggak sampai ke situ. Hanya karena diberi sakit yang sedikit, kita jadi lupa tentang dikasih sehat yang banyak.

Sebagai makhluk, kadang malu.

Sebegitu nggak tau dirinya.

Ya Rahman Ya Rahim.

Kalau emang sakit ini lebih baik, hamba ridho Ya Allah. Hamba ikhlas.

La haula wa la quwaata illa billahil aliyil azhim.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar