Serpih
Makin ke sini, rasanya makin malas aja buat ngapa-ngapain. Buat aneh-aneh. Bodo amatlah untuk omong orang lain. Terlalu mikirin orang banget, dia aja belum tentu sudi mikirin kita. Capek-capek.
Pengen fokus
aja untuk semua harap-harap. Impian dan apapun yang senang. Benar juga ucap
orang itu, ‘semakin dewasa, tak banyak yang diharap. Hanya butuh tenang!’
Tapi, lu pernah
nggak, sih? Mumet semumet-mumetnya? Sumpek
sesumpek-sumpeknya? Sampai lu benar-benar krisis tenang. Kadang juga gelisah
yang berkepanjangan bisa sampai menimbulkan resiko gelap mata. Hati?
Ada tipe orang yang sumpeknya bisa
sembuh karena menemukan tenangnya lewat menyendiri, ada yang lewat makan, ada
yang lewat curhat, ada yang lewat nulis-nulis, ada yang lewat marah-marah, atau
bahkan lewat ibadah ketuhanan. Tapi, pada suatu titik, sumpek tak karuan itu
sudah tak mempan lagi dengan apapun. Sampai kita hanya benar-benar butuh
seorang yang benar-benar mengerti. Orang yang benar-benar diinginkan hati.
Tapi, kita semua
tau, bahwa manusia adalah makhluk keterbatasan. Bagaimana
lagi?
Komentar
Posting Komentar