Kangkung

Ngampus adalah bentuk kepedulian pada nasib pendidikan bangsa ini. Entah serius atau tidak, entah banyak tugas atau kosmanya galak, yang penting absen dan bayar spp. Aman-aman. Bagaimanapun Tribakti adalah tempat menggantungkan mimpi.

Kuliah dan ngonthel adalah dua hal yang nggak bisa dipisahkan. Sebuluk dan sebobrok apapun, onthel selalu menyimpan hal yang nggak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ciaelah. 

Tapi, menurut mereka, mahasiswa garis kiri, menganggap bahwa, “Ngontel adalah bentuk kemalasan. Mending jalan.” Selalu fasisme sekali ucapmu, Bang. 

Ya, okelah. Kuliah jalan kaki memang bagus. Sehat. Ngampus jalan kaki pagi-pagi emang bagus, emang sehat. Entah ultraviolet, vit D, zat besi, omega 3, kalsium, kalium, nitrogen, karbon monoksida, dan segala ketektekbengekan teori dokter mata duitan itu. Tetap aja, pulang ngampus siang-siang panas juga, keringetan. Jidat bisa langsung gosong tanpa harus rajin sujud.

Mengesampingkan itu, tentu sebagai onthelis yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung, kemanusiaan harus tetap dijunjung. Gua sering kali bertemu pejalan kaki budiman penjunjung kearifan lokal itu jalan terengah-engah kayak habis pulang romusha. Dan gua pasti ajak mereka. Kebetulan gua berangkat sendiri dan jok belakang kosong. Kenapa nggak? Nggak selamanya buruk dibalas buruk.

Ini, nih. Nggak mungkin kan di sepanjang perjalanan ketemu pejalan kaki budiman pejunjung kearifan lokal itu, seonthel diam aja tanpa obrolan udah kayak kambing congek. Emangnya dia sama dia. Diam aja, dikira anu kali.

Gua pasti yang buka pembicaraan dong. Maklum, ibarat tuan rumah yang menyambut tamu. Gua kasih satu, dia kasih tiga. Banyakkan dia ngomongngnya. Banyakkan nanya-nya. Pertanyaannya berkisar, ”semester berapa?”, ”prodi apa?”, ”kok sendirian?”, ”kenal pak nurkholis, nggak?” dan pertanyaan juga pernyataan tugas yang dijelentrekan panjang lebar yang sama sekali gua nggak peduli. Gua cerangah-cerengeh aja menanggapi. Okelah kalau teman dan kenal, masih agak longgar. Santai. Lah, seringnya kakak kelas? Iya, begitu. Pembahasan muter aja. Sehari dua hari, lama-lama badmood juga.

Nggak hanya berangkat, pulang juga begitu; ketemu pejalan kaki budiman pejunjung kearifan lokal itu, seonthel. Mau nggak mau diajak, nggak enak. Apalagi jalan pulangnya searah. Sepondok. Masa ujug-ujug lewat aja sambil kring-kring nggak bersalah, terus ‘monggo!’ mau nggak mau gua ajak. Dan pembahasan itu terucap lagi. Terulang.

Bisa lu bayangin; pulang kuliah, capek-capek, habis pelajaran pak hipotesis, panas, gerah, lelah, haus, ngantuk, dipaksa basa-basi pembahasan itu. Kan gua juga masih butuh ngeluarin tenaga buat goes tuh onthel, plus bobot si pengemudi dan si penumpang. Belum lagi berat bobot beban hidupnya. Aduuuh!

Pengen sekali-kali goncengin lu pulang. Walalupun kata capek itu pasti, seengggaknya ada pembahasan lain yang dibahas waktu pulang ngampus. 

Ntar gua beliin es teh dah. 

Dua. 

Satu-satu.

Di atas onthel. 

Berdua.

Ciee.

Hehe.


Komentar

  1. Anonim6/27/2023

    Saya bantu doakan, semoga semester depan kosmanya ganti ya kak☺️

    BalasHapus
  2. Anonim3/05/2024

    semangat abangkuhh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar