Upil

Manusia begitu mudah meremehkan hal kecil. Setiap hal. Hanya karena dinilai kecil, ringan, mudah. Merasa besar dan kuat adalah subversive atas karunia otak yang diberikan. Katanya, ‘Allahu akbar?’, katanya, ‘la haula wa la quwwata?’ ah, kamu bohong.

Merasa besar adalah kecil itu sendiri dan kecil akan besar itu sendiri. Bukankah kita tau, bahwa besar gajah indukan itu berasal dari kecil anakan gajah? Tak akan ada banyak bermilyar-milyar, kalau tak ada sedikit angka satu. Jelas sudah kenapa Indonesia stagnan, ‘halah, rakyat kecil ini!’

Kita semua pasti tau, ceritanya seorang Ulama yang masuk surga hanya karena membiarkan lalat meminum cair tinta tulisnya, atau kisah pelacur yang masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing. Tak dipungkiri juga akan kisah lubang batu dan tetes-tetes air. Ada hal kecil di sana. Remeh. Berakibat besar.

Maka dari itu kita selalu dianjurkan untuk berbuat baik, walau dengan hal sekecil apapun. Karena kita semua tak tau dengan sebab apa kita masuk surga. Dengan sebab amalan apa kita masuk surga.

Ya, termasuk dengan kecil senyum itu. Dampaknya besar. Benar-benar besar.

Hatiku gusar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar