Sapu

Ada kejadian unik.

Suatu sore, gua nyapu. Menjelang maghrib, entah kata apa yang tepat untuk menyebut ‘kamar atau kandang’, biasanya emang bersih-bersih jam segitu. Dan, apa yang harus dipermasalahkan soal lelaki dan menyapu? Bukannya Annazhofatu minal iman?

Semua yang sekiranya sampah, kotor, ya gua sapu. Gosrek sana, gosrek sini. Sapu, sapu, sapu sampai depan pintu, lalu ke tong sampah. Tapi, anehnya setiap ada kertas bertulisan pasti gua pinggirin. Dipisah. Nggak dibuang. Bentuk penghargaan pada pegiat literasi. Beberapa kertas dan buku terkumpul di atas rak buku. Sapu selesai.

Istirahat, menunggu maghrib. Kertas-kertas serta buku lusuh itu gua ambil. Lihat. Baca-baca. Siapa tau ada yang penting.

Kertas-kertas itu macam-macam. Mulai kertas tugas pelajaran, jadwal piket, daftar utang, gambar-menggambar, undangan, dan lainnya. Begitu juga buku-buku. Gua baca semua. Iseng aja, nunggu maghrib.

Dari kesemuanya, ada satu tulisan yang menurut gua menarik. Pada buku sidu bergambar beruang dan lusuh buram. Di lembar belakang tulisan itu tercoret. Biar nggak penasaran, gua tulis ulang di sini;

29 Juni.

Dengan hati yang lapang dan ketulusan yang penuh, aku mengucapkan selamat ulang tahun untukkmu. Aku selalu ingin menjadi orang pertama untuk hari bahagiamu. Menjadi orang pertama yang merapalkan do’a-do’a dan segala harapan baik di hari yang terbaik.

            Inginku menemanimu dengan senyum dan perasaan yang tiada henti. Membiarkan hati melupakan segala apa yang tertahan. Dari detik awal kita dipertemukan sampai akhirnya bisa sampai di titik ini. semua memang pantas disebut kebetulan. Tapi, terasa sulit jika sudah menyangkut hal perasaan.

            Semoga kamu tetap sehat, lancar untuk semua urusanmu, studimu, dan kehidupanmu. Semoga kebahagian selalu menyertaimu, juga ayah dan ibu, kakak dan adikmu. Percayalah! Selalu ada bahagiaku di setiap sambut simpul senyummu.

            Mungkin, ini kali terakhir dariku. Maaf atas segala salahku dan apapun yang membuatmu tak nyaman. Tak ada yang perlu dipaksakan soal waktu. Bagaimana pun ia akan tetap berputar. Terima kasih untuk semua waktu, senyum, dan semangat yang telah kamu berikan. Karenanya aku masih kuat berdiri sampai saat ini. Aku tak pandai merangkai kata. Aku juga tak pandai mengarang cerita. Nyatanya, aku gagal akan kita.

            Sebelum tulusan ini kututup, berkenankah kamu untuk harapan kecilku; memanggilmu cinta. Dan entah apa jadinya hidupku setelah ini. Aku hanya berusaha kuat. Cinta, aku menyayangimu dengan segala kemampuan yang kumiliki. Dan sekarang nyatanya aku tak ada mampu. Aku minta maaf atas segala kesadaran diriku. Tak ada yang perlu dipikirkan tentangku. Fokus saja pada tujuanmu. Pada suksesmu. Aku hanya tak mau merusak bahagia di momen ini. Jangan pernah hilangkan kata bahagia dari kamus hidupmu.

            Hanya ini yang bisa kutulis. Dan, untukmu, selamat ulang tahun dari jauh. Selamat ulang tahun dari aku.

 

 

                                                                                               - Aku yang turut berbahagia.

 

Gimana?

Gua bawaannya pengen ketawa aja.

Haha.

Ternyata itu buku gua.

Tulisan gua.

Entah kapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar