Cemen

Setiap hembus nafas ini, kita selalu berteman banyak orang. Kita duduk, bersosial. Dan bicara adalah bentuk dari pertukaran olah jiwa itu sendiri.

Ya, benar. Dalam hidup, seseorang memiliki 2 ruang. Satu, ruang bersosial. Dua, ruang pribadinya. Ruang yang hanya ia selami sendiri tanpa apapun yang mengikat. Tentu, sosial hanya tentang hubungan dan kepura-puraan. Ruang tampil dari pribadi kita yang lain.

Berteman dengan tukang minyak wangi akan terbawa wangi, katanya. Kita harus menjadi manusia yang positif. Kita bisa menjadi baik dengan membaur bersama orang baik. Meskipun tak menjustifikasi orang buruk tanpa hal baik. Dari hal itu, kita bisa memilih mana orang yang baik untuk kita dan mana yang sewajarnya.

Siapa yang tak ingin cerdas? Gua rasa, cerdas adalah bentuk syukur secara maksimal atas akal yang telah diberikan. Dari setiap orang yang plural dan general dalam lingkup pesantren, ada hal yang baru gua ketahui; mereka yang cerdas karena terdidik buku-buku tak pernah sebanding dengan mereka yang cerdas karena terdidik kehidupan. Buku hanya tentang teori-teori. Mereka hanya bisa berspekulasi. Tetapi, kehidupan dengan masalah, tuntut, dan berkepanjangan membuat sudut otak untuk berkerja lebih keras. Menahan mereka, siap tidak siap, harus praktek. Cerdas yang sebenarnya. Mereka yang kuat tanpa kenal bual.

Lu boleh ajak mereka bicara. Coba aja! Mereka yang cerdas buku berpendapat bahwa 1+1=2. Tapi, mereka yang cerdas karena terbentur kehidupan, bagaimana caranya 1+1=3. Runtut dan tertib memang aturan hidup. Tapi, tak sedikit mereka yang tetap harus berdiri tegap dengan terlepas dari 2 hal itu.

Gua belajar banyak dari mereka. Diajar mereka, manusia perhitungan hasil 3 itu. Mereka berkata, “Di hidup ini, sisi mana yang tak ada ujian? Semua rata penuh ujian. Hanya kita saja, sadar atau tidak. Mampu atau tidak.”

“Tak pandang bulu atau strata yang kadang subjektif. Bahkan bahagia itu adalah ujian itu sendiri. Tak sekerdil pikiran kita yang tau ujian hanya tentang susah dan sedih. Setan itu cerdas, tapi banyak orang berlomba-lomba cerdas dengan men-setan. Setan asli, nganggur. Orang kaya yang diuji syukurnya. Orang miskin yang diuji sabarnya. Fokus aja sama tujuan. Jangan terlalu mikirin hal yang belum pasti buat kamu. Kamu masih muda, hati-hati! Sungguh-sungguh!”

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar