Mutiara
Senang dipuji adalah kodratnya manusia. Entah benar atau nggak, serius atau nggak, ucapan si pemuji pada si dipuji udah buat senang aja. Manusia itu makhluk non konformisme. Jadi, mudah aja jika berlaku lebih. Memang nggak salah jika berlaku lebih dan maju. Manusia memang harus maju. Yang salah itu untuk pamer dan mendapat pujian orang lain. Berlaku baik karena orang lain. Harusnya kan karena Allah. Eits. Haha.
Contoh aja, status medsos. Bukannya iri, bukannya
apa. Mungkin ada orang yang tipenya, semua perilaku, kegiatan, dan
gerak-geriknya harus diexpose. Semua orang harus tau. Apalagi semua hal yang
disebutnya sebagai ‘kelebihan’. Kelebihan itu malah dibuatnya lebih berlebihan.
Membuat yang lihat jadi gimana gitu.
Mereka yang berlebihan itu. Lalu, apa-apa post.
Dikit-dikit post. Seperti nggak dipikir dulu. “Ini pantes apa nggak?”
Harusnya pikirannya sampai ke sana. Nggak langsung post-post tanpa beban.
Ini mungkin yang menyebabkan gengsi-gengsi dan ego-ego yang berkepanjangan. Merebak
di mana-mana. Yang namanya mutiara, mau diletakan di mana juga, ya tetap
mutiara. Mau diletakan di kotak, ya mutiara. Mau diletakan di comberan, ya juga
tetap mutiara. Lah, ini ada batu kerikil, eh sok-sokan mutiara. Ya, nggak
pantas!
Bukan hanya kuantitas yang dituju, kualitas juga
perlu.
Ih, gua sih malu.
Komentar
Posting Komentar