Tikus

“Ini nggak benar, deh!”

Tikus nying-nying menyadari perbuatannya selama ini. Mencuri makanan adalah kesehariannya. Dengan berbagai cara. Macam-macam tempat.

“Apa yang harus kamu risaukan, nying-nying? Ini adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai tikus untuk menyambung hidup. Hanya ini.” Tikus got memberi pencerahan.

“Tapi, nggak seperti ini, got!”

“Aku juga ingin makan dengan sehat dan aku juga tau ini salah. Tapi, bagaimana lagi? Kita ini hanya tikus. Nggak seperti manusia yang dapat bekerja dengan dibantu otaknya.”

Dari debat berkepanjangan itu, akhirnya nying-nying mengikuti saran tikus got. Lagi dan lagi. Ia menyasar rumah makan, gudang, dan dapur yang ngebul itu.

“Jadi manusia enak kali ya, got?” Tanya nying-nying sambil memakan hasil buruan mereka.

“Kamu harusnya bersyukur, nying-nying! Bertemu denganku dan masih bisa menyambung hidup. Manusia dan kita nggak ada bedanya, sama-sama mencuri. Hanya soal rapih nggak rapih. Nggak rapih, seperti begal, tukang todong, jambret, palak. Ya, mereka itu seperti golongannya tikus-tikus tong sampah. Sedangkan yang rapih, ya seperti kita ini. Mirip-mirip pejabat yang korupsi-lah! Licik! Sudah jangan banyak mikir, makan saja yang kenyang.”

Dua tikus itu pun melanjutkan makan mereka dengan lahap dan rakus. Sampai kenyang. Sampai menggembung perutnya.

Tikus-Politikus, apa bedanya? Hanya poli.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar