Roti

        “Minta kebab dong, Dek!” Rengek Sang Abang.

“Nggak, ah. Beli dong.”

Tanpa aba-aba, hap. 3 cm kebab itu tergigit. Terkunyah. Tertelan.

“Bi, lihat nih abang. Kebab aku.”

“Bang, jangan gitu.” Sergah Abi.

“Dikit doang, Bi.”

Perjalanan mereka berlanjut, menyusuri jalan setapak menuju makam ampel. Kanan kiri terjajah perpakaian dan permakanan. Mata dan hidung mereka tersapa.

Sedang asik-asik melarak-melirik,

“Haaaah!” Teriak Rani, sontak mereka kaget dan menghentikan langkah.

“Kenapa, Dek.” 

“Itu Bang, seram.” Mereka melihat kea rah yang ditunjuk Rani.

“Itu kepala buntung!”

“Ah, mana?”

“Itu Bang!” Suara Rani semakin bergetar tanda ia benar-benar takut.

“Haha, itu hanya boneka pedagang. Untuk baju yang dipajang dan dijual. 

Di toko-toko memang wajar memakai boneka untuk sample baju yang dipajang di area toko.

“Bukan, Bang. Yang kumaksud itu di jendela rumah tua itu. Ia melihat kita!”

“Dek?”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepompong

Klausa

Mekar